Teknologi
Jumat, 16 Maret 2018 - 01:10 WIB

Ini Penyebab Stephen Hawking Belum dapat Nobel

Redaksi Solopos.com  /  Jafar Sodiq Assegaf  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Stephen Hawking (JIBI/Solopos/Reuters/Lucas Jackson)

Tahukah Anda kali ini tentang penyebab Stephen Hawking belum meraih penghargaan Nobel.

Solopos.com, SOLO – Sumbangsih Stephen Hawking dalam khazanah sains dan teknologi begitu banyak. Dia juga telah mendapat penghargaan bergengsi dari sejumlah negara di dunia. Tapi, sampai akhir hayatnya ilmuwan tersohor ini belum pernah menerima Nobel. Mengapa demikian?

Advertisement

Seperti diketahui, Stephen Hawking pernah membuat heboh setelah mengemukakan pendapatnya tentang teori lubang hitam pada 1974 silam. Menurutnya, lubang hitam itu bisa menguap dan mati. Namun, tidak ada cara untuk membuktikan kebenaran teori tersebut. Hal inilah yang membuat ahli fisika dan kosmologi itu belum menerima penghargaan Nobel. Padahal, dia memiliki pengaruh yang besar terhadap ilmu pengetahuan.

“Tidak ada cara untuk memverifikasi teori Stephen Hawking tersebut. Lubang hitam terlalu rumit untuk diobservasi,” ujar penulis artikel The Science of Liberty dalam majalah National Geographic, Timothy Ferris, seperti dikutip dari Times of India, Kamis (15/3/2018).

Timothy Ferris menambahkan, jika ada ilmuwan yang mau mengobservasi kematian lubang hitam dan membuktikan kebenarannya, maka Stephen Hawking mungkin akan menerima Nobel. Ilmuwan yang meninggal dunia pada Rabu (14/3/2018), itu pernah menyinggung soal Nobel saat mengisi kuliah umum di salah satu kampus, Januari 2016 lalu.

Advertisement

“Orang-orang telah mencari lubang hitam berukuran kecil. Namun, tidak pernah ada yang menemukannya. Sangat disayangkan, jika saja mereka menemukannya tentu saya akan mendapatkan Nobel,” kelakarnya seperti dikutip dari Evening Standard.

Dilansir Telegraph, nasib serupa dialami ilmuwan asal Inggris, Peter Higgs. Pencetus teori Higss Boson atau dikenal dngan nama partikel Tuhan pada 1946 baru mendapatkan Nobel pada 2013. Nobel itu diraih setelah lembaga penelitian dari Eropa, CERN, membuktikan kebenaran teorinya.

Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif