News
Kamis, 15 Maret 2018 - 12:20 WIB

Calon Rektor UII Tawarkan Solusi Hadapi Disrupsi

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - 5 Calon Rektor Universitas Islam Indonesia. (Istimewa/Harian Jogja)

Lima calon Rektor Universitas Islam Indonesia (UII) mempresentasikan action plan

Harianjogja.com, SLEMAN – Lima calon Rektor Universitas Islam Indonesia (UII) mempresentasikan action plan di hadapan seluruh mahasiswa, dosen dan karyawan di Auditorium Kahar Mudzakir Kampus Terpadu UII, Rabu (14/3/2018).

Advertisement

Sebagian besar mereka menyinggung soal pentingnya menyesuaikan perkembangan teknologi, meningkatkan peran kampus di level dunia hingga merespons era disrupsi atau perubahan mendasar yang terjadi dengan cepat.

Dalam presentasinya calon rektor diberikan waktu 10 menit dan dipantau langsung durasinya melalui layar monitor. Kelimanya secara bergantian, pertama kali dilakukan Suparman Marzuki, disusul Widodo, kemudian Fathul Wahid dilanjutkan Dwipraptono Agus Harjito dan terakhir Rohidin.

Advertisement

Dalam presentasinya calon rektor diberikan waktu 10 menit dan dipantau langsung durasinya melalui layar monitor. Kelimanya secara bergantian, pertama kali dilakukan Suparman Marzuki, disusul Widodo, kemudian Fathul Wahid dilanjutkan Dwipraptono Agus Harjito dan terakhir Rohidin.

Kelimanya merupakan pemilik suara terbanyak dalam penjaringan bakal calon Rektor UII. Setelah semua calon menyampaikan action plan, kemudian dilakukan tanya jawab dengan audiens.

Suparman yang juga mantan Ketua Komisi Yudisial tak bisa mengikuti perhelatan itu hingga tuntas. Setelah presentasi langsung meminta izin pamit untuk menjalani operasi usus buntu di RS JIH. Moderator memberikan kesempatan kepada seluruh civitas akademika untuk mengajukan pertanyaan kepada Suparman sebagai calon rektor, namun seluruhnya memilih tidak bertanya dan mempersilahkan untuk meninggalkan auditorium.

Advertisement

Sebelum pamit, Suparman menyampaikan rencana aksi untuk empat tahun ke depan antara lain, peningkatan kualitas semua elemen substantif di UII, mematrikan paradigma penelitian dalam rangka iman, ilmu dan amal serta meningkatkan daya panggil dosen untuk meneliti dengan membenahi secara mendasar sarana prasarana.

Kemudian meningkatkan korelasi disiplin ilmu, kearifan lokal dengan kegiatan pengabdian masyarakat. “Serta integrasi program dakwah dengan keilmuan serta inovasi strategi dan metode dakwah sehingga misi UII sebagai rahmatan lil alamin terwujud,” kata Suparman.

Diskusi action plan tak dilengkapi Suparman tetap berjalan mulus tanpa ada debat sama sekali. Beberapa calon bahkan ada yang memilih merendah, seperti Widodo yang sengaja memberi sub judul presentasinya sebagai usulan terhadap Rektor UII terpilih. Serta Rohidin yang menyatakan beratnya memimpin perguruan tinggi besar seperti UII, namun ia meyakini empat calon lain memiliki kemampuan manajemen yang baik untuk memimpin UII.

Advertisement

“Tantangan terbesar harus memilki corporate management konsep harus bagus, bagi saya ini berat, kalau [calon lain] mungkin tidak. Karena mengelola Perguruan Tinggi dengan cara klasik pasti akan tertinggal,” ungkap Rohidin yang juga akademisi Fakultas Hukum ini.

Ia memaparkan secara detail jumlah dosen dan karyawan di UII, kemudian berani menyimpulkan bahwa UII kekurangan tenaga pendidik atau kependidikan berstatus pegawai tetap. Karena kadang untuk memilih calon kepala suatu divisi saja kurang calon karena pegawai tidak tak memiliki hak untuk dipilih atau memilih.

Sedangkan Widodo, turut menyampaikam tantangan dinamika perubahan global yang sangat cepat di era revolusi industri 4.0 perlu menjadi perhatian bagi para pengemban amanah UII karena sektor industri dan tidak terkecuali dunia pendidikan menghadapi situasi volatility, uncertainty, complexity dan ambiguity (VUCA).

Advertisement

Tiga pilar utama UII dalam jangka pendek yang ia tawarkan adalah, revitalisasi tata kelola organisasi, pengembangan dan penguatan teknologi pembelajaran, penguatan karakter keIslaman baik civitas akademika maupun dalam tatakelola organisasi.

Sementara Agus Harjito menyampaikan adanya kelemahan di beberapa aspek, seperti implementasi budaya islami, produktivitas SDM, sistem reward dan punishment, manajemen dan leadership serta sistem teknologi informasi. Padahal kompetitor UII baik kompetitor lokal, nasional, maupun internasional terus bergerak maju, tak terkecuali rencana beberapa perguruan tinggi luar negeri beroperasi di Indonesia.

“Kita juga menghadapi era disruption yang mengharuskan setiap organisasi termasuk perguruan tinggi melakukan hal yang lebih dari sustaining innovation. UII dituntut untuk melakukan apa yang disebut disruptive innovation,” ungkapnya.

Fathul Wahid dalam kesempatan itu mengatakan, tren pendorong perubahan adalah teknologi digital, demokratisasi pengetahuan, mobilitas global, kolaborasi dengan industri dan masyarakat, persaingan yang semakin ketat, dan nilai-nilai dalam masyarakat semakin pudar. Tren itulah menurutnya yang menghadirkan era disrupsi.

“Di sini disrupsi dianggap sebagai peluang dan bukan ancaman. Semangat dasar UII yang tergali dari fakta sejarah ketika masa awal kehadirannya adalah semangat integrasi ilmu dan agama, keragaman Islam, kebangsaan dan internasionalisasi,” ungkap Fathul saat mempresentasikan action plan bertajuk Digitalisasi Universitas.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif