News
Rabu, 7 Maret 2018 - 02:00 WIB

HOTEL DI SOLO: Okupansi Hotel di Solo Naik 48%, Hotel Bintang Dua Paling Laris

Redaksi Solopos.com  /  Farida Trisnaningtyas  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi Favehotel Adisucipto Solo (JIBI/Solopos/Dok.)

Okupansi hotel di Solo naik 48% pada Januari 2018.

Solopos.com, SOLO—Okupansi atau tingkat keterisian hotel di Solo pada Januari 2018 merupakan awalan baik untuk kinerja hotel sepanjang tahun ini. Okupansi terus naik sejak tiga tahun terakhir.

Advertisement

Kendati ada penambahan kamar dengan hadirnya sejumlah pemain baru, okupansi hotel di Solo Januari 2018 naik cukup signifikan dibandingkan periode yang sama tahun 2017 dan 2016.

Berdasarkan data yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) Solo, rata-rata okupansi hotel berbintang di Solo awal tahun ini adalah 48% lebih tinggi dibandingkan periode sama tahun 2017 sebesar 41,95% dan 2016 yang hanya 39,65%.

Advertisement

Berdasarkan data yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) Solo, rata-rata okupansi hotel berbintang di Solo awal tahun ini adalah 48% lebih tinggi dibandingkan periode sama tahun 2017 sebesar 41,95% dan 2016 yang hanya 39,65%.

Kenaikan okupansi itu paling banyak disumbang hotel bintang dua yang tumbuh 12,6%, hotel bintang empat plus yang tumbuh 6,55%, dan hotel bintang tiga yang tumbuh 5,1%. Rata-rata lama menginap tamu juga meningkat dari 1,37 hari pada Januari 2017 menjadi 1,42 hari pada Januari 2018. (baca juga: HOTEL DI SOLO: Makin Laris, Okupansi Hotel Bintang Dua di Solo Naik 18,98%)

Wakil Ketua Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Solo, M.S.U. Adjie, berharap kinerja pada awal tahun ini menjadi starting point yang menarik bagi pertumbuhan kinerja industri perhotelan Solo. Event menjadi salah satu penopang pertumbuhan okupansi pada awal tahun.

Advertisement

Sedangkan pada Januari 2017, saat itu hanya ada event Imlek dan Grebeg Sudiro yang diharapkan untuk tahun ini mendorong kinerja hotel pada Februari.

Berdasarkan pencapaian ini, Adjie berharap konsistensi stakeholders pariwisata Solo mulai dari pemerintah kota, dinas pariwisata sebagai pengambil kebijakan, dan pelaku biro perjalanan pariwisata terus bekerja sama mempromosikan Solo.

“Harus ada action dari semua pihak dan hotel-hotel di Solo juga harus bisa memanfaatkan kemajuan teknologi secara maksimal untuk meramaikan industri hotel,” ujar dia.

Advertisement

Tahun politik juga menjadi peluang bagi hotel untuk mendongkrak okupansi. Belanja partai politik untuk mengadakan pertemuan-pertemuan di hotel bakalan jor-joran.

“Ini peluang, tinggal bagaimana pelaku mengelolanya dengan baik,” tuturnya.

Menurut Ketua PHRI Solo, Abdullah Suwarno, aktivitas meeting, incentive, convention and exhibition (MICE) masih menjadi andalan bagi hotel di Solo.

Advertisement

“Peluang pasar ini masih cukup besar karena hampir semua kementerian ingin menyelenggarakan MICE di Solo,” kata Abdullah.

Selain itu, suplai kamar dan fasilitas MICE di Solo sudah cukup banyak. Saat ini di Solo ada empat hotel bintang lima, sebelas hotel bintang empat, dan tujuh belas hotel bintang tiga dengan total suplai 7.500-8.000 unit kamar.

Abdullah menilai perlu ada kolaborasi antara hotel dengan maskapai penerbangan untuk bekerja sama semacam bundling harga dengan menarik orang luar datang ke Solo saat ada event.

“Kerja sama bundling seperti ini pernah dilakukan hotel dan maskapai penerbangan saat Solo Great Sale 2017. Namun untuk Solo Great Sale tahun ini sepertinya tidak lagi dilakukan,” tutur dia.

Kendati demikian, dia optimistis masih banyak peluang yang bisa digarap asal pelaku swasta bergerak bersama memajukan pariwisata Solo.

Advertisement
Kata Kunci : Hotel Di Solo
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif