Jatim
Selasa, 6 Maret 2018 - 03:05 WIB

KISAH INSPIRATIF : Berkreasi dengan Stik Bambu, Pria Madiun Hadapi Kendala Ini

Redaksi Solopos.com  /  Rohmah Ermawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Singgih Hermawan, 35, pengrajin stik bambu bersama sejumlah hasil karyanya, Kamis (1/3/2018). (Abdul Jalil/JIBI/Madiunpos.com)

Pengrajin stik bambu membutuhkan bantuan permodalan dan pemasaran dari Pemkot Madiun.

Madiunpos.com, MADIUN — Singgih Hermawan, 35, pengrajin stik bambu asal Kota Madiun butuh bantuan pendanaan dan pemasaran. Selama ini Singgih kesulitan untuk mengembangkan usahanya itu karena terkendala masalah dana.

Advertisement

Dia mengaku sejak mulai menekuni produksi kerajinan tangan dari stik bambu ini tidak pernah mendapatkan uluran tangan dari pemerintah setempat. Warga Jl. Mangga XI, Kejuron, Kecamatan Taman, Kota Madiun, itu hanya berbekal uang tabungannya untuk mulai memproduksi kerajinan miniatur dari stik bambu itu.

Dengan keterbatasan modal tersebut, kata dia, tentunya tidak bisa mengembangkan usahanya untuk menjadi lebih besar. Hal ini belum melihat kendala lain seperti pemasaran. Menurut dia, pemasaran ini juga menjadi masalah yang hingga kini belum menemukan solusi jitu. Selama ini karyanya hanya dipajang di akun media sosial pribadinya seperti di Facebook dan Instagram.

Dia berharap pemerintah setempat bisa membantunya memperoleh bantuan modal dan pemasaran. Bantuan modal akan digunakan untuk membeli bahan baku dan mesin potong. Selama ini pemotongan dilakukan secara manual, sehingga prosesnya membutuhkan waktu cukup lama. (baca: Pria Madiun Berkreasi dengan Stik Bambu Usai Alami Patah Tangan)

Advertisement

Untuk membeli alat potong itu, Singgih mengakui tidak memiliki cukup uang untuk membelinya. Kira-kira harganya sekitar Rp1 juta. “Di Madiun belum ada wadah yang mencarikan market untuk pemula, seperti saya. Padahal, pemasaran ini penting supaya karya kita diketahui publik,” jelas dia, Kamis (1/3/2018).

Selain melalui media sosial, selama ini pemasaran karya-karyanya melalui mulut ke mulut. Pemasaran seperti ini memang kurang evektif. Apalagi, Kota Madiun bukan kota wisata yang banyak membutuhkan suvenir untuk dibawa wisatawan.

Untuk mengikuti pameran-pameran produk kerajinan, Singgih mengaku jarang mengikutinya. Hal ini karena pemerintah kota juga tidak pernah mengikutkannya dalam pameran maupun bazar produk kerajinan.

Advertisement

Dia hanya berharap pemerintah setempat bisa lebih memperhatikan pelaku usaha maupun pengrajin kecil seperti dirinya. Ini bertujuan supaya pengrajin kecil bisa terus hidup dari hasil karyanya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif