Soloraya
Senin, 5 Maret 2018 - 20:35 WIB

Bayi Warga Sekitar PT RUM Meninggal, Ini Penjelasan Direktur RSUD Sukoharjo

Redaksi Solopos.com  /  Suharsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Direktur RSUD Ir. Soekarno, Sukoharjo, Gani Suharto (kiri), menjelaskan penanganan bayi Arbani di Kantor Bupati Sukoharjo, Senin (5/3/2018). (Trianto Hery Suryono/JIBI/Solopos)

Direktur RSUD Sukoharjo memberikan penjelasan ihwal penanganan bayi warga sekitar PT RUM yang meninggal beberapa hari lalu.

Solopos.com, SUKOHARJO — Kematian bayi bernama Arbani Shakeel Alfatih, 10 bulan, anak warga Dukuh Jayan, Desa Celep, Kecamatan Nguter, Sukoharjo, mendapatkan perhatian Bupati Sukoharjo, Wardoyo Wijaya.

Advertisement

Pemimpin daerah Sukoharjo itu memanggil Direktur RSUD Ir. Soekarno Gani Suharto dan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) Sukoharjo, Nasruddin, untuk menjelaskan penanganan bayi tersebut kepada wartawan di Sukoharjo.

Bertempat di ruang kerja Bupati Sukoharjo, Senin (5/3/2018), Gani bercerita bayi Arbani sudah sering masuk rumah sakit sejak dilahirkan pada April 2017. Arbani juga pernah dirujuk ke RSUD dr. Moewardi Solo karena harus mendapatkan perawatan khusus.

Advertisement

Bertempat di ruang kerja Bupati Sukoharjo, Senin (5/3/2018), Gani bercerita bayi Arbani sudah sering masuk rumah sakit sejak dilahirkan pada April 2017. Arbani juga pernah dirujuk ke RSUD dr. Moewardi Solo karena harus mendapatkan perawatan khusus.

“Bayi Arbani menderita kelainan jantung atau di media disebut bocor jantung tetapi istilah medis ada kebocoran pada sekat jantung,” katanya.

Dia bercerita Arbani lahir di Wonogiri kemudian saat berumur 12 hari sempat dirawat di RSUD Ir. Soekarno, Sukoharjo. “Saat itu dia [Arbani] diperiksa intensif di ruang PICU dan dikonsultasikan ke RSUD dr. Moewardi Solo. Di sana [Solo] dilakukan pemeriksaan elektro kardiografi dan dipastikan ada kebocoran di sekat jantung pada bayi tersebut kemudian dikembalikan lagi ke RSUD Ir. Soekarno untuk rawat jalan. [Kondisi] Itu saat sakit,” jelasnya.

Advertisement

Lebih lanjut, Gani menjelaskan pada 25 Februari 2018, Arbani dirawat di RSUD Ir. Soekarno karena sesak napas, pilek, batuk, dan demam. “Kondisinya stabil setelah dirawat sehingga dipindah ke bangsal. Namun, pada 26 Februari kondisi Arbani menurun dan kembali masuk PICU. Petugas telah memasang alat bantu napas dan diberikan penanganan tetapi kondisinya belum membaik. Pada 27 Februari, bayi Arbani kejang-kejang dan diberikan penanganan lagi tetapi tekanan darah Co2 meningkat dan O2-nya turun.”

Penanganan terus dilakukan namun kondisi hemoglobin Arbani hanya 8,7 cc kemudian ditransfusi sampai 66 cc tetapi tidak membaik hingga 1 Maret pukul 13.20 WIB dinyatakan meninggal dunia. Gani tidak menyimpulkan kematian Arbani tersebut akibat bau limbah PT RUM karena dari awal bayi itu memiliki penyakit bawaan.

“Kondisi kesehatan bayi sudah menurun sejak lahir April sedangkan operasional produksi PT RUM pada November 2017,” jelasnya.

Advertisement

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) Sukoharjo, Nasruddin, menambahkan sejak muncul bau limbah DKK telah mendistribusikan bantuan makanan tambahan kepada bayi di daerah terdampak. “Selama muncul bau kami [DKK] pernah memberikan biskuit untuk balita sebanyak 2.800 sachet per sachet isi 120 gram. Kemudian biskuit untuk anak sekolah sebanyak 900 sachet dengan isi per sachet 20 gram dan biskuit untuk ibu hamil sejumlah 900 dus setiap dus isi 100 gram.”

Diberitakan sebelumnya, Arbani Shakeel Alfatih meninggal dunia setelah dirawat di RSUD Ir. Soekarno, Sukoharjo, Kamis (1/3/2018). Kematian anak pasangan Agus Anggit Santoso dan Juli Saraswati sempat memunculkan spekulasi terkait bau limbah dari PT RUM karena rumahnya tak jauh dari pabrik PT RUM di Nguter.

Di sisi lain, polisi meminta warga tak terprovokasi dengan berbagai macam spekulasi tersebut. Warga diminta kebih percaya pada hasil rekam medis dan keterangan dokter mengenai kondisi Arbani.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif