Soloraya
Sabtu, 3 Maret 2018 - 09:35 WIB

WISATA SUKOHARJO : Keraton Pajang Undang Raja-Raja Nusantara dalam Peringatan Jumenengan Hari Ini

Redaksi Solopos.com  /  Suharsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Suradi Joyonagoro berpose di dekat mushaf Alquran 30 juz bertuliskan tangan di kediamannya, Makamhaji, Kartasura, Sukoharjo, Jumat (2/3/2018). (Iskandar/JIBI/Solopos)

Keraton Pajang di Kartasura, Sukoharjo, akan menggelar peringatan jumenengan raja hari ini.

Solopos.com, SUKOHARJO — Peringatan Jumenengan Ndalem Kasultanan Keraton Pajang digelar pada Sabtu (3/3/2018). Kerabat Kasultanan mengundang sejumlah tamu penting di antaranya asosiasi raja-raja Nusantara, Sultan Demak, Mangkunegaran, pakar hukum Tata Negara Yusril Ihza Mahendra, Kementerian Pariwisata, Muspida, Muspika, dan sebagainya.

Advertisement

“Kami besok [hari ini] akan memperingati jumenengan Ndalem dan menggelar selamatan. Hal itu kami lakukan karena begitu kuatnya tradisi ini tertanam dalam masyarakat sehingga kami memandang perlu melestarikan, menggali, dan mengawal potensi budaya utamanya untuk edukasi dan pariwisata,” ujar Suradi Joyonagoro yang mengklaim sebagai pewaris tahta Keraton Pajang dalam konferensi pers di kediamannya di Makamhaji, Kartasura, Sukoharjo, Jumat (2/3/2018).

Suradi yang mengklaim sebagai Sultan Pajang dari generasi ke lima dari Sultan Pajang terakhir yang jumeneng yakni Pangeran Benawa ini mengatakan prosesi tingalan jumenengan diawali selamatan pada Sabtu pukul 18.00 WIB. Prosesi yang diampu Suradi rencananya meniru seperti ketika Sultan Hadiwijaya bertahta dengan diwarnai Tari Bedhaya Pancer Pajang dan Bedhaya Surya Jiwa.

Sedangkan tema peringatan jumenengan kali ini adalah Peran Masyarakat dalam Pelestarian dan Pengembangan Budaya Luhur Menuju Jati Diri Bangsa. Bagi orang jawa, kata dia, jumenengan dimanfaatkan untuk pembersihan diri, perenungan, dan pendekatan diri kepada Yang Maha Kuasa. Caranya dengan bersyukur atas segala bentuk rezeki yang telah diberikan.

Advertisement

Selain itu tradisi ulang tahun naik takhta atau jumenengan dilakukan masyarakat Jawa sebagai upaya untuk menemukan jati dirinya agar selalu eling dan waspada. Prosesi selamatan Jumenengan ini di antaranya didukung sejumlah warga Makamhaji, Pemuda Pancasila Trangsan, Mayang, dan Purworejo; warga Tumang Boyolali, dan Jogja.

“Jumenengan ini kami lakukan untuk melestarikan budaya yang semakin terkikis perkembangan zaman. Kami ingin menunjukkan keberadaan sejarah Keraton Pajang sebagai pengawal budaya warisan Nusantara yang diwariskan oleh leluhur,” ujar Suradi.

Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif