Upaya mewujudkan Kota Solo bebas BABS terkendala kesadaran masyarakat dan keterbatasan lahan.
Solopos.com, SOLO — Keterbatasan ruang menjadi salah satu tantangan agar Kota Solo menjadi wilayah Open Defecation Free (ODF) atau Bebas Buang Air Besar Sembarangan (BABS). Namun, kendala yang lebih besar adalah kesadaran masyarakat untuk tidak BABS.
Hal itu disampaikan Kepala Dinas Kesehatan Kota (DKK) Solo, Siti Wahyuningsih, saat terjun langsung memantau kegiatan Jumat Sehat dan Deklarasi Stop BABS di Puskesmas Pembantu (Pustu) Karangasem, Jumat (2/3/2018) pagi. Ia mengatakan kegiatan hari itu adalah agenda sonjo DKK Solo ke kelurahan-kelurahan.
“Solo dinyatakan sebagai kota paling nyaman untuk ditinggali. Usia harapan hidupnya nomor dua tertinggi. Jadi kalau hatinya senang, ayem, badannya waras, biar umurnya lebih panjang,” kata dia dalam kata sambutan kepada para kader kesehatan, pegawai UPT Puskesmas Laweyan, pegawai Pustu Karangasem dan masyarakat yang hadir.
Setelah itu, rombongan berpencar ke rumah beberapa warga di RW 003. Siti Wahyuningsih atau biasa disapa Bu Ning turut terjun ke RT 002/RW 003. Ia mengecek kondisi lingkungan, khususnya berkaitan dengan pembasmian jentik-jentik nyamuk di genangan air.
Saat diwawancarai