Soloraya
Jumat, 2 Maret 2018 - 02:35 WIB

TRANSPORTASI SOLO : Pengemudi Taksi Online Rela Kerja 17 Jam Sehari demi Capai Bonus

Redaksi Solopos.com  /  Suharsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi moda transportasi berbasis aplikasi alias angkutan online. (gmanetwork.com)

Pengemudi taksi online di Solo rela bekerja 17 jam sehari demi mencapai bonus.

Solopos.com, SOLO — Para pengemudi taksi online di Solo harus melalui perjuangan berat hanya demi mencapai bonus dari pengelola aplikasi pemesanan. Tak jarang mereka harus bekerja hingga 17 jam sehari agar bisa mendapat bonus.

Advertisement

Seperti yang dialami Willy, salah satu pengemudi taksi online yang ditemui Solopos.com di gazebo dekat Pos In Hotel, Kelurahan Kestalan, Banjarsari, Solo, Kamis (1/3/2018). Hari masih pagi tapi Willy sudah terkantuk-kantuk.

Laki-laki kelahiran 29 tahun silam tersebut mengatakan kantuknya itu disebabkan tidak lain karena baru bisa tidur pada Kamis pukul 01.30 WIB dan harus bangun pada pukul 05.30 WIB. Willy sebenarnya bisa saja bagun lebih siang dari itu. Namun, dia memilih tidak mengambil kesempatan tersebut mengingat ada kebutuhan keluarga yang mesti dicukupi.

Advertisement

Laki-laki kelahiran 29 tahun silam tersebut mengatakan kantuknya itu disebabkan tidak lain karena baru bisa tidur pada Kamis pukul 01.30 WIB dan harus bangun pada pukul 05.30 WIB. Willy sebenarnya bisa saja bagun lebih siang dari itu. Namun, dia memilih tidak mengambil kesempatan tersebut mengingat ada kebutuhan keluarga yang mesti dicukupi.

Willy yang memanfaatkan layanan Go-Car di aplikasi Go-Jek tersebut memutuskan tetap berangkat kerja dari rumahnya di Kelurahan Gilingan, Banjarsari, mulai pukul 07.00 WIB. Hal itu rela dia lakukan demi menjaga asa bisa narik banyak penumpang sehingga mendapat bonus penghasilan dari pengelola aplikasi Go-Jek.

Dia menyebut uang penghasilan dari hasil tarikan tarif penumpang tidaklah bisa diandalkan karena kerap habis hanya untuk biaya operasional membeli makan dan BBM. Pemuda kelahiran Banyuwangi itu bahkan rela berangkat pagi dan pulang hingga larut malam demi bisa mengejar target bonus dari pengelola aplikasi Go-Jek.

Advertisement

Pada Rabu (28/2/2018) lalu contohnya, Willy berangkat pukul 07.00 WIB namun baru bisa memperoleh 16 poin atau order penumpang sebagai batas perolehan bonus maksimal pada pukul 23.45 WIB. Karena harus mengantar penumpang terlebih dahulu, dia otomatis baru bisa pulang pada Kamis dini hari.

Hal itulah yang membuat dirinya mengantuk pada Kamis pagi. Willy menceritakan sejak Selasa (27/2/2018) selalu pulang pada dini hari. Hal itu terjadi seiring kebijakan pengelola Go-Jek perihal penyesuaian poin dan bonus harian bagi pengemudi Go-Car di Soloraya per tanggal tersebut.

Kini, untuk bisa memperoleh bonus harian maksimal Rp250.000, pengemudi Go-Car mesti mencapai 16 poin atau order. Sebelumnya, untuk meraih bonus harian maksimal Rp300.000, pengemudi hanya perlu mengumpulkan 12 poin atau order.

Advertisement

Willy menilai kebijakan Go-Jek tersebut cukup merugikan para pengemudi Go-Car di Soloraya. Apalagi pengelola Go-Jek bukan saja menaikkan target poin, tetapi juga menurunkan nilai bonus yang bisa diperoleh pengemudi taksi online Go-Car. Willy menceritakan untuk mencapai target 12 poin saja dirinya sudah kewalahan.

Dia kerap meninggalkan rumah hingga belasan jam demi memperoleh bonus harian Rp300.000. Willy kini telah merasakan semakin sulit bagi dirinya untuk menggapai bonus tertinggi setelah target poin diubah menjadi 16 poin.

Pada Rabu itu, dia bahkan harus berada di jalan hampir 17 jam supaya bisa meraih bonus harian tertinggi senilai Rp250.000. “Waktu target bonus masih 12 poin saja, saya baru bisa balik pukul 23.00 WIB setelah berangkat pukul 07.00 WIB. Paling cepat ya pukul 21.00 WIB lah. Hla ini sekarang sudah ganti targetnya 16 poin. Dua hari saya pulang mepet batas waktu pukul 24.00 WIB. Ini badan juga sudah enggak enak. Nggreges. Tapi mau bagaimana lagi? Uang tarikan dari penumpang habis buat operasional,” kata Willy saat berbincang dengan Solopos.com di sela-sela menanti order penumpang, Kamis.

Advertisement

Biaya Operasional

Willy menceritakan rata-rata penghasilannya yang murni diperoleh dari penumpang Rp100.000-Rp250.000/hari. Dia menyebut uang tersebut hanya cukup untuk biaya operasional. Selain untuk membeli makan dan BBM setiap harinya, uang juga mesti disimpan untuk keperluan perawatan maupun perbaikan mobil.

Willy yang beroperasi dengan mobil pinjaman itu berharap pengelola Go-Jek maupun pemerintah bisa menaikkan tarif penumpang taksi online pada layanan Go-Car. Dengan demikian, para pengemudi juga bisa mendapatkan penghasilan cukup dari hasil tarikan penumpang.

“Sekarang memang jumlah taksi online di Solo sudah terlalu banyak. Sedangkan jumlah penumpangnya tidak bertambah. Apalagi saya melihat beberapa penumpang juga kini malah jadi pengemudi. Setelah dapat cerita dari pengemudi yang ditumpangi, mereka tergiur juga dari pengemudi,” kata Willy.

Salah seorang pengemudi taksi Solo Taksi yang memanfaatkan layanan Go-Car, Usman, juga merasakan kesulitan yang sama dengan Willy. Dia merasa kini semakin susah untuk bisa memperoleh bonus harian tertinggi dari pengelola aplikasi Go-Jek setelah dilakukan penyesuaian target poin menjadi 16 poin.

Usman menyampaikan alasan dirinya kini memanfaatkan aplikasi layanan taksi online, yakni karena jumlah order konvensional sudah merosot tajam. Dia juga akhirnya mengejar perolehan bonus dari penyedia aplikasi mengingat pendapatan dari hasil tarikan penumpang taksi online ternyata tak terlalu banyak.

“Tarif taksi online kan murah jadi tidak bisa diandalkan. Saya harus bisa dapat bonus harian. Ya untuk itu saya harus rela berangkat pagi dan pulang malam. Beruntung kalau di lapangan dapat order manual dari penumpang yang menyetop atau datang dari kantor,” jelas Usman.

 

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif