Jateng
Jumat, 2 Maret 2018 - 14:50 WIB

PENDIDIKAN SEMARANG : 2 Siswa Terancam Gagal UN Gara-Gara Kebijakan SMAN 1 Semarang

Redaksi Solopos.com  /  Rahmat Wibisono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Orang AN yang dikeluarkan dari SMA Negeri 1 Semarang menunjukkan lembar poin pelanggaran yang berujung pada sanksi pengeluaran, Rabu (28/2/2018). (JIBI/Solopos/Antara/Zuhdiar Laeis)

Pendidikan yang dilaksanakan di SMAN 1 Semarang membuat dua siswa terancam gagal Ujian Nasional (UN).

Semarangpos.com, SEMARANG — Kebijakan SMAN 1 Semarang mengeluarkan dua siswa yang dituduh melakukan tindak penganiayaan terhadap adik kelas mereka membuat keduanya terancam gagal mengikuti Ujian Nasional (UN).

Advertisement

Kantor Berita Antara, Jumat (2/3/2018), melansir berita kedua siswa itu, AN dan AF, terancam gagal mengikuti ujian nasional jika tidak kunjung memilih sekolah pengganti. “Penetapan daftar nominasi tetap [DNT] peserta UN 2018 ditutup hari ini [Kamis]. Paling lambat pukul 24.00 WIB,” ungkap Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Jawa Tengah Gatot Bambang Hastowo di Kota Semarang, Kamis (1/3/2018).

SMAN 1 Semarang mengeluarkan dua siswa, yakni AN dan AF, yang duduk di kelas XII dengan tuduhan kekerasan terhadap junior saat kegiatan Latihan Dasar Kepemimpinan (LDK) OSIS sekolah setempat. SMA negeri di Jl. Menteri Soepeno No. 1 Kota Semarang itu juga menjatuhkan sanksi skorsing terhadap tujuh siswa lain pengurus OSIS yang terlibat dalam kegiatan resmi sekolah itu.

Gatot mengaku sudah semaksimal mungkin mencarikan solusi agar kedua siswa itu tetap bisa melanjutkan pendidikan dan mengikuti UN, yakni dengan memindahkan di dua SMA negeri yang terdekat dengan tempat tinggal mereka. “Yang AN karena rumahnya di daerah Pedurungan, kami pilihkan di SMAN 11 Semarang, sementara AF yang rumahnya di daerah Mangkang difasilitasi di SMAN 13 yang menerapkan kurikulum sama dengan SMAN 1 Semarang,” katanya.

Advertisement

Akan tetapi, kata dia, kedua siswa enggan memanfaatkan kebijakan yang sudah diambil Disdikbud Jateng melainkan tetap bersikukuh agar tetap bisa bersekolah dan melaksanakan UN di sekolah asal, yakni SMAN 1 Semarang. “Bahkan, saya sudah memberikan pilihan keduanya menentukan sekolah sendiri yang diinginkan, seperti AF yang katanya ingin di SMAN 6 Semarang. Kurikulumnya sama, saya persilakan kalau mau,” katanya.

Kemudian, AN diberikan pilihan di SMAN 2 atau SMAN 11 Semarang yang menerapkan kurikulum sama dan lokasinya relatif dekat dengan tempat tinggalnya, tetapi belum mengambil keputusan. “Kami sudah mengupayakan win-win solution, bagaimana kedua siswa ini tetap bisa ikut UN. Jangan sampai karena ini mereka tidak bisa ikut UN. Kalau memaksa kembali ke SMAN 1 Semarang, kami tidak bisa,” tegasnya.

[Baca juga 2 Siswa Di-DO Paksa, SMAN 1 Dilawan Bersama-Sama]

Advertisement

Bagaimanapun juga, kata Gatot, kedua siswa harus segera memutuskan sekolah pengganti agar bisa terdaftar sebagai peserta UN, tetapi tidak bisa jika tetap memaksakan kembali ke SMAN 1 Semarang. “Mereka harus segera memutuskan. Kami masih menunggu sebelum pukul 24.00 WIB. Kalau bersedia, segera menghubungi kami agar bisa segera didaftarkan. Sekarang kan sudah online pendaftarannya,” katanya.

Ditanya langkah yang diambil jika ternyata kedua siswa tidak mengambil kebijakan Disdikbud hingga penutupan pendaftaran DNT peserta UN, Gatot enggan menjawab, seraya mengatakan masih menunggu keputusan kedua siswa. Disdikbud Jateng tetap bersikukuh berpihak kepada SMAN 1 Semarang kendati banyak pihak menilai kebijakan sekolah tersebut tidaklah bijaksana.

KLIK dan LIKE di sini untuk lebih banyak berita Semarang Raya

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif