Jogja
Kamis, 1 Maret 2018 - 21:55 WIB

Peringatan Serangan Umum 1 Maret Jadi Daya Tarik Wisata

Redaksi Solopos.com  /  Kusnul Istiqomah  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Potong tumpeng pada malam tirakatan Peringatan Serangan Umum 1 Maret 1949 di Plaza Monumen Serangan Umum 1 Maret 1949, Rabu (28/2/2018) malam. (Harian Jogja/Ujang Hasanudin)

Agar generasi muda paham bangsa ini tidak dengan tiba-tiba dalam posisi dan kondisi seperti sekarang ini

Harianjogja.com, JOGJA-Peringatan Serangan Umum 1 Maret 1949 yang dikemas dengan berbagai atraksi kebudayaan tidak hanya menjadi edukasi sejarah perjuangan bangsa bagi generasi penerus, tetapi juga menjadi daya tarik wisatawan yang berkunjung ke Jogja.

Advertisement

“Dinas Pariwisata akan melibatkan diri dalam kegiatan ini setiap tahunnya, karena acara ini ternyata menjadi daya tarik wisata,” kata Kepala Bidang Obyek Daya Tarik Wisata (ODTW) Dinas Pariwisata DIY, Wardoyo, Rabu (28/2/2018) malam.

Wardoyo mengatakan, beberapa atraksi yang mendukung pariwisata dalam kegiatan tersebut di antaranya pertunjukan wayang, parade budaya, pagelaran musik, parade juang Serangan Umum 1 Maret 1949, dan teatrikal penggalan sejarahnya.

Advertisement

Wardoyo mengatakan, beberapa atraksi yang mendukung pariwisata dalam kegiatan tersebut di antaranya pertunjukan wayang, parade budaya, pagelaran musik, parade juang Serangan Umum 1 Maret 1949, dan teatrikal penggalan sejarahnya.

“Kegiatan ini mendukung akulturasi budaya dan pariwisata, sehingga menjadi edukasi sejarah dan wisata,” kata dia.

Wayang Revolusi dan Keroncong Kontemporer pada Rabu (28/2/2018) malam kemarin menjadi hiburan di akhir malam tirakatan Peringatan Serangan Umum 1 Maret 1949 yang digelar di Plaza Serangan Umum 1 Maret.

Advertisement

Malam Tirakatan Peringatan Serangan Umum 1 Maret 1949 diinisiasi pelaku sejarah Serangan Umum 1 Maret 1949 dan generasi penerusnya yang tergabung dalam Paguyuban Wehkreis III (PWK III) Jogja. Kegiatan ini dihadiri ratusan orang, sejumlah pejabat, dan Forum Komunikasi Pemerintah Daerah (Forkominda) DIY.

Wakil Ketua PWK III Jogja Wirantono Aji Wasono mengatakan, Tirakatan Peringatan Serangan Umum 1 Maret 1949 digelar untuk mengingatkan kembali bangsa Indonesia, khususnya generasi muda akn perjuangan para pendahulu. Salah satunya sejarah Serangan Umum 1 Maret 1949 yang menjadi penentu keberlangsungan NKRI.

Kala itu propoganda Belanda pada dunia bahwa Indonesia sudah habis dan TNI sudah tidak ada. Berbagai serangan yang dilakukan TNI dan rakyat dianggap hanya sebagai kelompok ekstremis atau perampok. Namun, dengan dukungan rakyat dan Kraton Jogja, meskipun pertempuran hanya berlangsung selama enam jam, mampu menunjukkan pada dunia bahwa NKRI masih ada.

Advertisement

“Generasi muda harus melanjutkan perjuangan para pendahulu, dengan menjaga persatuan,” kata Wirantono.

Saking pentingnya sejarah tersebut, pihaknya sejak 2008 sampai sekarang terus berupaya mengusulkan kepada Pemerintah Pusat agar momen Peringatan Serangan Umum 1 Maret menjadi agenda nasional, karena pentingnya bukan hanya untuk warga Jogja, melainkan Indonesia.

Sementara itu, Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X, dalam sambutan tertulisnya yang dibacakan Kepala Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) DIY Agung Supriyanto mengatakan keberhasilan suatu bangsa tergantung dengan keberhasilan membangkitkan, menggerakkan, menata, dan mengarahkan seluruh aset bangsa menjadi bagian dari peradaban dunia.

Advertisement

Sultan meminta setiap generasi penerus perlu mengingatkan pada generasi muda dalam perjalanan yang pernah dilalui sebagai bagian dari proses panjang dalam membangun bangsa. Tujuannya agar generasi muda paham bangsa ini tidak dengan tiba-tiba dalam posisi dan kondisi seperti sekarang ini.

“Tantangan dalam setiap zaman berubah, tetapi satu hal yang tidak boleh berubah adalah semangat sebagai pejuang yang tetap diperlukan sepanjang zaman, karena pembangunan bangsa memerlukan sikap kepahlawanan,” kata Sultan.

Malam tirakatan Peringatan Serangan Umum 1 Maret 1949 ini diawali dengan pemaparan sejarah oleh Pelaksana Tugas Badan Pengurus Pusat PWK III Mamiek Katamsi, kemudian dilanjutkan dengan memotong tumpeng secara simbolis oleh Kepala Kesbangpol DIY Agung Supriyanto.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif