Soloraya
Rabu, 28 Februari 2018 - 09:35 WIB

Begini Kira-Kira Sriwedari Solo Sebagai Taman Kota Masa Depan

Redaksi Solopos.com  /  Suharsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Master plan penataan kawasan Sriwedari Solo. (Istimewa/Dinas PUPR Solo)

Sriwedari Solo di masa depan diharapkan menjadi taman kota idaman masyarakat di masa depan.

Solopos.com, SOLO — Penataan kawasan Sriwedari Solo diharapkan menjadi taman kota idaman masyarakat di masa depan. Gambaran mengenai taman Sriwedari di masa depan itu tertuang dalam denah rencana masterplan Taman Sriwedari Kota Solo yang dibuat dari Bidang Cipta Karya Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kota Solo.

Advertisement

Pada salinan denah yang diberikan Kabid Cipta Karya Dinas PUPR Solo, Taufan Basuki, kepada Solopos.com, Selasa (27/2/2018), bagian barat taman Sriwedari tampak Stadion R. Maladi dan Kompleks Museum Keris beserta eks bangunan Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Mangunjayan yang tetap dipertahankan.

Di selatan stadion atau sisi timur Museum Keris akan menjadi area komersial untuk pedagang yang kini berjualan di dalam Kompleks Taman Sriwedari, pedagang kawasan Pusat Jajanan Sarwo Asri Sriwedari (Pujasera), dan kios buku belakang Sriwedari (Busri).

Jalan di timur stadion akan menjadi semacam pembatas antara area seni-budaya dengan area komersial. Pertigaan jalan di antara stadion dengan area komersial dibuat berbentuk setengah lingkaran ke sisi barat.

Advertisement

Baca:

Bangunan Masjid Taman Sriwedari berada di sebelah timur stadion. Halaman masjid terbentang hingga Joglo Sriwedari. Sementara lokasi yang kini ditempati joglo akan menjadi jalan utama lurus dengan Plasa Sriwedari ke bagian selatan.

Bangunan Sentra Niaga di timur masjid kelak menjadi area publik untuk berkesenian dan melakukan berbagai aktivitas masyarakat. Museum Radya Pustaka tetap dipertahankan, bahkan direvitalisasi menjadi lebih bagus.

Advertisement

Lalu area di timur museum yang kini dimanfaatkan pengrajin bingkai foto/lukisan bakal diubah menjadi bangunan bertingkat dengan semi basement. Lantai bawah bisa dimanfaatkan sebagai tempat workshop seni dan lantai atas untuk tempat berjualan para pengrajin bingkai.

Sementara itu, GWO versi baru ditempatkan di sisi selatan dalam posisi lurus dengan plasa. GWO baru akan dibuat untuk pentas taraf internasional. Lalu bagian luar dikonsep menjadi panggung hiburan outdoor dengan tempat duduk penonton amphitheater.

GWO lama hanya disisakan hanya bangunan tonil-nya (panggung) untuk dimanfaatkan sebagai museum atau kenangan. Kemudian di bagian pojok selatan bagian timur, Pemkot bakal merevitalisasi Segaran Sriwedari.

Revitalisasi Segaran mencakup upaya mencukupi kebutuhan air pengisi kolam, perbaikan panggung, dan penyediaan tempat penonton menikmati sajian seni dan area sekitarnya.

Taufan Basuki menjelaskan masterplan yang ia sodorkan adalah bukti keseriusan Pemkot Solo menata kawasan Taman Sriwedari. Taman yang dulu menjadi Bon Raja tersebut akan dikembalikan fungsinya menjadi sebuah kawasan budaya terintegrasi yang menggabungkan museum dengan taman budaya disertai fasilitas penunjang seperti masjid dan area komersial.

Masterplan ini sudah sesuai masterplan di Bappeda [Badan Perencanaan Pembangunan Daerah] Kota Solo. Pemkot Solo akan menata secara keseluruhan kawasan itu. Tahun ini kami sudah membuat detail engineering design [DED] Gedung Wayang Orang [GWO], Masjid Taman Sriwedari, dan lansekap Taman Sriwedari,” ujarnya.

Ia menjelaskan penataan lansekap itu memadukan dan mengintegrasikan semua fasilitas dalam satu kawasan taman. Berbagai benda cagar budaya (BCB) di kompleks tersebut seperti Stadion R. Maladi, eks bangunan Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Mangunjayan, dan Museum Radya Pustaka akan tetap dilestarikan.

Sumber Dana

Sementara GWO Sriwedari, Segaran, Gedung Sentra Niaga, dan kios pembuatan bingkai bakal direvitalisasi. “Fungsi Joglo Sriwedari sebagai ruang berekspresi akan kami kembalikan ke lokasi aslinya yaitu di Segaran. Zaman dulu, Segaran adalah tempat mengekspresikan seni,” papar dia.

Bahkan, dalam perencanaan jangka panjang, kolam di Segaran Sriwedari bisa dimanfaatkan sebagai wahana air mancur sehingga menambah nilai seni dan estetika. Kebutuhan air di kolam rencananya dipenuhi dari arah Kali Larangan. “Kami juga memikirkan soal pengentasan genangan airnya,” kata dia.

Ia mengatakan revitalisasi dilakukan menggunakan prinsip mengembalikan kejayaan masa lalu tanpa mematikan kekinian. Oleh karenanya, kegiatan-kegiatan yang tidak berkorelasi akan direlokasi ke tempat yang lain.

Meski demikian, langkah mewujudkan masterplan Taman Sriwedari tak serta merta bisa segera dilaksanakan. Dinas PUPR akan menyesuaikan dengan kekuatan dan sumber dana yang tersedia. “Tahun ini akan dibangun masjid. Rencananya dana APBD Kota Solo akan dialokasikan untuk pemagaran dan land clearing,” terang dia.

Proses pembangunan GWO Tahap I juga akan diawali dengan pemagaran dan land clearing. Bagian depan GWO bakal dirobohkan, sementara bagian tonil akan dipertahankan untuk Museum Wayang Orang.

Para pedagang yang saat ini ada di Sriwedari juga bakal ditata. Mereka rencananya disentralkan di selatan Stadion R. Maladi atau barat Museum Keris. Pemkot bakal mengembalikan fungsi Taman Sriwedari sebagai area publik.

“Sebenarnya kami sudah beberapa kali sosialisasi dan bertemu dengan komunitas-komunitas di Sriwedari. Mereka kami beri pengertian,” katanya.

Lebih lanjut, dia mengatakan revitalisasi itu seharusnya didukung masyarakat. Jika Pemkot Solo tak bergerak, Sriwedari akan selamanya jadi kawasan kumuh. Hal itu sangat disayangkan karena potensinya yang luar biasa.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif