Soloraya
Selasa, 27 Februari 2018 - 20:35 WIB

Angka Kematian akibat Leptospirosis Tinggi, Kemenkes Kirim Tim ke Boyolali

Redaksi Solopos.com  /  Suharsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi (JIBI/SOLOPOS/Dok)

Kementerian Kesehatan mengirim tim ke Boyolali untuk menyelidiki dan mencari solusi penanganan penyakit leptospirosis.

Solopos.com, BOYOLALI — Banyaknya kasus kematian akibat leptopirosis pada awal tahun ini di Boyolali mengundang perhatian Kementerian Kesehatan (Kemenkes). Rencananya, tim dari Kemenkes akan memantau langsung perkembangan penyakit akibat bakteri leptospira tersebut.

Advertisement

Tim Kemenkes akan datang ke Boyolali, Rabu (28/2/2018). “Iya dari kementerian [Kemenkes] besok sore mau ke Boyolali. Intinya mau diskusi mengenai leptospirosis dan mencari solusi bersama,” ujar Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Ratri S. Survivalina, Selasa (27/2/2018).

Rencananya, tim tersebut berada di Boyolali hingga Sabtu (3/3/2018). Namun, Ratri tidak memerinci kegiatan tim Kemenkes tersebut selama berada di kabupaten yang dikenal dengan Kota Susu ini.

Seperti diketahui, korban meninggal dunia akibat penyakit leptospirosis di wilayah Boyolali pada dua bulan pertama 2018 ini mencapai empat orang dan dari delapan kasus yang ditemukan. Ratri mengakui angka kematian ini cukup tinggi jika dilihat dari jumlah kasunya.

Advertisement

Baca juga;

“Ini memang tinggi kalau dilihat dari jumlah kasunya. Pada 2017 ada 34 kasus, sembilan di antaranya meninggal dunia,” ujarnya saat ditemui di kantornya, Senin (26/2/2018).

Sementara itu, penaggulangan kasus leptospirosis pada manusia juga dibarengi penanggunalangan kepada hewan ternak. Pemkab Boyolali melalui Dinas Peternakan dan Perikanan (Disnakkan) terus melakukan surveilans di daerah yang terdapat korban jiwa manusia.

Advertisement

Kabid Kesehatan Hewan (Keswan) pada Disnakkan Boyolali Afiany Rifdania mengatakan berdasarkan surveilans tersebut ada beberapa tempat yang tidak terdapat ternak di sekitarnya sehingga tidak dilakukan pengambilan sampel.

“Dari hasil surveilans kami ke wilayah dua korban di Desa Kismoyoso dan Manggung [Kecamatan Ngemplak] tidak ada ternaknya. Tetapi kedua korban menurut info terakhir beraktivitas di Desa Dibal. Yang satu orang bermain bola, sedangkan yang satunya lagi bekerja sebagai tukang kayu di Desa Dibal. Kesimpulannya, korban kemungkinan bukan tertular dari hewan peliharaan seperti sapi dan lain-lain, tetapi bisa dari lingkungan yang tercemar kencing tikus,” ujarnya, Selasa.

Pekan ini surveilans juga dilanjutkan ke Kecamatan Banyudono dan Kecamatan Boyolali Kota. “Selain Banyudono dan Boyolali Kota, rencananya kami juga ke rumah warga suspect leptospirosis di Bangak, Banyudono,” imbuhnya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif