Soloraya
Minggu, 25 Februari 2018 - 23:35 WIB

PERTANIAN SRAGEN : Ribet, Ribuan Petani Kalijambe Ogah Pakai Kartu Tani untuk Tebus Pupuk

Redaksi Solopos.com  /  Suharsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Seorang buruh tani, Hadi, 47, mencampur pupuk di Candi Asri, Plumbungan, Karangmalang, Sragen, Minggu (25/2/2018). (Tri Rahayu/JIBI/Solopos)

Ribuan petani di wilayah Kalijambe, Sragen, tak mau memakai kartu tani  untuk menebus pupuk bersubsidi.

Solopos.com, SRAGEN — Ribuan petani yang tergabung dalam 64 kelompok tani (poktan) dan 14 gabungan kelompok tani (Gapoktan) se-Kecamatan Kalijambe, Sragen, menolak menggunakan kartu tani dalam penebusan pupuk bersubsidi.

Advertisement

Kesepakatan tersebut tertuang dalam berita acara pertemuan di Joglo Gading Museum Sangiran Kalijambe, Sragen, Sabtu (24/2/2018). Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Kecamatan Kalijambe, Sragen, Gunawan, saat dihubungi Solopos.com, Minggu (25/2/2018) siang, menjelaskan pertemuan tersebut dihadiri semua pengurus poktan dan gapoktan serta 22 kios pupuk lengkap (KPL) serta petugas pertanian lapangan (PPL) di Kecamatan Kalijambe.

Gunawan mengatakan Ketua KTNA Kabupaten Sragen Suratno juga hadir pada pertemuan itu. Gunawan berencana menyampaikan berita acara kesepakatan petani itu kepada Bupati Sragen dengan tembusan organisasi perangkat daerah terkait dalam waktu dekat.

“Alasannya, petani susah menabung agar bisa menebus pupuk. Petani tahunya dapat subsidi di kartu tani. Di sisi lain, nominal uang tidak muncul di nomor rekening. Ketika diurus, baik bank maupun penyalur tak bisa memberi solusi. Semua kelompok tani setuju semua dan bertanda tangan semua,” katanya.

Advertisement

Baca:

Seorang KPL di Wonorejo RT 014, Kalijambe, Budi Suharto, 55, membenarkan adanya kesepakatan tersebut. Ia juga hadir dalam pertemuan di Museum Sangiran tetapi tidak menyampaikan pendapat.

“Saya hanya mengikuti kesepakatan yang dibuat teman-teman penyalur dan petani. Penggunaan kartu tani itu memang memperlama proses penebusan. Pembelian satu jenis pupuk yang mestinya bisa dilakukan dalam waktu dua menit tetapi baru bisa selesai sampai 10 menit dengan kartu tani. Belum lagi adanya kemasan kecil yang disesuaikan dengan kuota petani penerima pupuk bersubsidi,” tambahnya.

Advertisement

Ketua KTNA Kabupaten Sragen Suratno saat ditemui Solopos.com di depan Pasar Kota Sragen, Minggu siang, menambahkan banyak persoalan terkait kartu tani. Dia menjelaskan dalam pertemuan di Kalijambe itu terungkap uang petani yang ditransfer untuk beli pupuk itu kesasar ke rekening lain yang tidak diketahui karena di rekening KPL tidak ditemukan.

Hal itu sudah diurus ke bank maupun dinas terkait, namun belum mendapat solusi yang jelas. “Ada juga kasus petani yang belum dapat kartu tani. Otomatis mereka tidak bisa menebus pupuk bersubsidi padahal mendapat jatah kuota. Di Kalijambe itu ada satu kelompok tani, jumlah anggotanya 92 orang, yang belum dapat 12 orang. Maunya jatah 12 orang itu dititipkan kepada 80 orang yang punya kartu tani tetapi kenyataannya jatah kuota sesuai dengan jumlah kartu tani dan luasa lahan. Artinya, 12 petani itu tetap tidak mendapat jatah pupuk bersubsidi,” tuturnya.

Suratno menyatakan dengan berbagai persoalan tersebut petani memilih menebus pupuk secara manual atau tidak menggunakan karti tani. Dia mendapat informasi salah satu distributor justru mendorong KPL supaya melayani pembelian pupuk secara tunai bila pelayanan dengan kartu tani menyulitkan.

Dia juga mendapat aduan dari KPL, ada petani yang bisa melihat saldo dana di kartu tani tetapi untuk melihat jatah kuota pupuknya tidak bisa. Kasus itu juga berdampak pada petani yang tidak bisa menebus pupuk.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif