Jogja
Kamis, 22 Februari 2018 - 14:20 WIB

Pemda DIY Bantah Pernyataan Menteri Susi, Bukan Terendah, Tapi Terendah Nomor Dua

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi PUdjiastuti meninjau kolam ikan dengan teknologi microbuble milik kelompok budidaya perikanan Mina Ngremboko, Dusun Bokesan, Sindumartani, Ngemplak Sleman, Selasa (20/2/2018). (Irwan A. Syambudi/JIBI/Harian Jogja)

Pemerintah Daerah (Pemda) DIY tidak setuju dengan pernyataan Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti

 
Harianjogja.com, JOGJA–Pemerintah Daerah (Pemda) DIY tidak setuju dengan pernyataan Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti yang menyebut Bumi Mataram sebagai daerah yang tingkat konsumsi ikannya paling rendah se-Indonesia. Namun, untuk pernyataan konsumsi ikan masih rendah sangat diamini.

Advertisement

Kepala Bidang Perikanan Dinas Kelautan dan Perikanan DIY Suwarman Partosuwiryo mengatakan, menurut peringkat yang dikeluarkan Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2016, DIY bukan provinsi yang tingkat konsumsinya paling rendah, tapi nomor dua paling rendah. Yang paling rendah adalah Jawa Tengah.

Ia menyatakan konsumsi ikan di DIY sebanyak 23,4 kilogram per kapita per tahun dengan jumlah ketersediaan sejumlah 30,25 kilogram per kapita per tahun.

“Kalau konsumsi kan yang ngitung BPS. Kalau 2017 angkanya belum keluar. Enggak tahu Bu Susi angkanya dari mana. Kalau terendah tidak benar. Posisi 2016, lo. Tapi saya enggak tahu apakah Bu Susi sudah punya angkanya atau gimana. Namun setahu saya belum keluar yang baru,” ucapnya melalui sambungan telepon, Rabu (21/2/2018).

Advertisement

Saat berkunjung ke Sleman, Menteri Susi sempat menyebut DIY sebagai daerah yang tingkat konsumsi ikannya terendah se-Indonesia. Untuk pernyataan itu, Suwarman memang kurang setuju, tapi ia sangat mengamini perkataan Sang Menteri terkait rendahnya konsumsi ikan masyarakat DIY.

Menurutnya, rata-rata konsumsi ikan nasional berada di angka 42,6 kilogram per kapita per tahun atau jauh dari angka 23,4 kilogram. Besar dugaan yang jadi penyebab adalah budaya orang DIY yang sejak dulu tidak akrab dengan ikan, tapi lebih banyak mengandalkan tahu dan tempe sebagai sumber protein.

Ia mengatakan, orang DIY baru mulai suka makan ikan sejak beberapa tahun terakhir. Tepatnya sejak kampanye Gerakan Makan Ikan [Gemarikan] gencar dikampanyekan. Dengan kampanye yang semakin gencar, harapannya ikan bisa kian digemari masyarakat.

Advertisement

“Lama kelamaan akan naik konsumsi ikannya. Setiap tahun angkanya selalu naik. 2014 konsumsinya 20,8 kg, terus 2015 naik jadi 21,7 kg. Ke depan kami akan menggencarkan kampanye Gemarikan dan akan meningkatkan produksi ikan,” ujar Suwarman.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif