Soloraya
Rabu, 21 Februari 2018 - 18:15 WIB

Dipanggang Hidup-Hidup, Perjalanan Seekor Anjing Menjadi Seporsi Rica di Kota Solo

Redaksi Solopos.com  /  Rini Yustiningsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Saat aksi simpatik Dogs Are Not Food di Jl. Slamet Riyadi, Solo, Minggu (6/3/2016). (Dok/JIBI/Solopos)

Membunuh anjing sangat berbeda dengan membunuh kambing maupun sapi.

Solopos.com, SOLO – Sedikitnya ada tujuh lokasi jagal anjing di Kota Solo. Dari situlah daging-daging anjing terdistribusi dan menjadi aneka olahan siap saji.

Advertisement

Tujuh lokasi penjagalan anjing itu rata-rata sehari-harinya bisa mengeksekusi 23 ekor anjing. Lokasi jagal anjing itu belum termasuk tempat-tempat jagal rumahan yang membunuh sekitar 3-4 ekor anjing.

Saat aksi simpatik Dogs Are Not Food di Jl. Slamet Riyadi, Solo, Minggu (6/3/2016). (Dok/JIBI/Solopos)

Advertisement

Saat aksi simpatik Dogs Are Not Food di Jl. Slamet Riyadi, Solo, Minggu (6/3/2016). (Dok/JIBI/Solopos)

Pengamatan Sahabat Anjing Surakarta—komunitas peduli anjing—menyebut tempat penjagalan tersebut, dilihat dari luar seperti rumah pada umumnya.

Tetapi di dalamnya terjadi pembunuhan anjing yang yang menurut aktivis penyayang binatang sangat sadis. Cara ini melanggar kesejahteran hewan (animal welfare).

Advertisement

Setelah dipukuli, anjing tersebut belum mati tapi cuma tidak sadar. “Kemudian langsung dipanggang,” kata Fredy menambahi apa yang dikatakan Meme.

Para penjagal biasanya menggunakan daging anjing kampung maupun anjing liar. Jika memelihara anjing dari kecil, butuh waktu yang lama.

Padahal anjing-anjing liar tersebut tidak terjamin kesehatannya. Namun, menurut Sahabat Anjing Surakarta, pedagang tidak peduli anjing itu sehat atau sakit. Bahkan, ada juga penjagal yang nakal, mengolah bangkai anjing.

Advertisement

Baca Juga:

1.200 Anjing dibantai setiap hari
2 Kecamatan di Karanganyar Jadi Sentra Penjualan Daging Anjing
Sengsu Khasanah Kuliner Solo
7 Lokasi Jagal Anjing di Kota Solo

Gurih

Advertisement

Jenis makanan berbahan baku daging anjing ini jenisnya beragam. Ada satai jamu, rica-cica, dan tongseng. Rica-rica merupakan masakan berbahan dasar daging (biasanya menggunakan daging ayam) dengan rasa sedikit manis, gurih dan rasa pedas merica. Tongseng merupakan masakan berbahan daging (biasanya menggunakan daging sapi) dicampur dengan santan mempunyai cita rasa gurih dan manis.

Sementara satai seperti pada satai ayam, daging sapi dan daging kambing, merupakan daging yang dipotong-potong kemudian dibakar dan dibumbui bumbu kecap.

Soal aroma daging anjing sama seperti aroma daging sapi. Masakan rica basah dan kering, satai, daging masak nyemek, masak kering, harga seporsinya bervariasi.

Warung Rica-Rica Guguk Scoobydoo yang berjualan sejak 2010, mematok harga Rp19.000-Rp25.000.

“Ini saya naikkan harganya. Awalnya paket rica Rp18.000 [setiap porsi] naik menjadi Rp19.000. Tongseng dan daging goreng awalnya Rp23.000 sekarang naik menjadi Rp24.000. Karena satu bulanan ini harga bahan pokok naik. Jadi harga makanan juga ikut naik. Ya pokoknya mengikuti harga pasaran,” ujar Tutik, 41, pemilik warung, saat ditemui Solopos.com, Sabtu (27/1/2018) malam.

Penyedia daging anjing lainnya adalah Warung Pemuda Hugjos di Jl. Dr. Setiabudi, Gilingan, Banjarsari mematok harga mulai Rp13.000- Rp20.000.

Menurut pelanggannya, rasa daging guguk di Hugjos enak. “Tadi pesan yang goreng. Baru pertama ke sini. Enak, tidak alot. Susah mendeskripsikannya. Yang jelas beda dengan daging sapi dan ayam,” ujar Albert, pembeli asal Jaten, Karanganyar, Kamis (25/1/2018).

“Enak. Dagingnya empuk. Tergantung yang masak dan ngolah. Dagingnya tidak bau kok, yang bau itu malah daging babi,” kata konsumen lainnya, Monika.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif