Jogja
Rabu, 21 Februari 2018 - 21:40 WIB

BANDARA KULONPROGO : Ada NYIA, warga Jogja Jangan Cuma Jadi Penonton

Redaksi Solopos.com  /  Bhekti Suryani  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Peletakan batu bata pertama NYIA (Desi Suryanto/JIBI/Harian Jogja)

Pemda DIY harus dapat memprediksi kebutuhan sumber daya baik dalam masa konstruksi maupun operasi bandara.

Harianjogja.com, SLEMAN–Pembangunan New Yogyakarta International Airport (NYIA) di Kulonprogo direspons akademisi Universitas Islam Indonesia (UII) dengan menggelar seminar bertajuk Optimalisasi Sumber Daya Lokal dan Peran Teknologi dalam Mendukung NYIA, di Auditorium Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan (FTSP) UII, Selasa (20/2/2018). Seminar yang dihadiri perwakilan dinas dari pemerintahan di DIY berupaya menghadirkan solusi agar masyarakat Jogja dapat berperan dan tidak sekadar menjadi penonton dalam menghadapi beroperasinya NYIA.

Advertisement

Dalam rangkaian seminar itu disepakati pula adanya piagam kerja sama bidang pendidikan, pelatihan, penelitian, pengabdian masyarakat dan sertifikasi tenaga kerja konstruksi yang melibatkan 12 perguruan tinggi bidang teknik di Jogja dengan Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi Nasional (LPJKN).

Dosen FTSP UII Arif Wismadi menjelaskan, seiring percepatan pembangunan keistimewaan, banyak program dan proyek strategis yang dilaksanakan di wilayah selatan seperti NYIA. Namun, pertanyaan yang harus dijawab adalah bagaimana memastikan bahwa sumber daya di wilayah keistiewaan bisa dimanfaatkan sehingga dapat meratakan kesejahteraan.

“Terkait pembangunan keistimewaan dan NYIA, kita ingin memastikan bahwa orang Jogja tidak menjadi penonton tetapi juga pelaku,” ungkapnya, Selasa (20/2/2018).

Advertisement

Dengan status keistimewaan, kata dia, serta daya tarik investasinya, maka Pemda DIY harus dapat memprediksi kebutuhan sumber daya baik dalam masa konstruksi maupun operasi. Termasuk persiapan sumber daya lokal agar kualitas dan kualifikasinya memenuhu standar kebutuhan industri. “Untuk SDM jika kualifikasinya belum memenuhi maka dukungan kampus dan asosiasi sangat diperlukan untuk meningkatkan,” kata Wismadi.

Ia menambahkan, kegiatan ilmiah itu untuk mengeksplorasi potensi pemanfaatan teknologi building information modeling (BIM) di sektor jasa konstruksi Indonesia. Tak hanya sebagai kendali kinerja sistem konstruksi, namun sekaligus optimalisasi pemmanfaaatan sumber daya lokal, baik dari sisi manusia maupun alam. BIM diyakini dapat meningkatkan kinerja transparasi, akuntabilitas dan partisipasi pembangunan pada proses perancanan, pembangunan maupun operasi dan pemeliharaan.

Menurutnya, salah satu faktor penting dalam penyerapan sumber daya lokal terletak pada ketepatan dalam memilih teknologi yang digunakan. Mengingat, teknologi yang lebih cepat, mmurah, serta lebih baik tidak selalu menjamin tercapainya sejumlah tujuan pembangunan dengan cepat dan tepat. Sehingga syarat utama kesiapan suatu wilayah dalam menerima teknologi baru adalah kesiapan sumber daya manusia itu sendiri.

Advertisement

Pembangunan NYIA saat ini telah dimulai pada tahap perancangan serta konstruksi. Ia meyakini, komitmen untuk mengutamakan sumberdaya lokal tentu sudah mmelekat di kebijakan pemerintah. Akan tetapi kinerja penyerapan sumberdaya lokal tidak sepenuhnya dapat dikendalikan.

“Jika kendali pemanfaatan sumber daya tidak dapat dievaluasi, maka terdapat risiko bagi keberlangsungan dukungan masyarakat bagi pembangunan NYIA,” ungkap dia.

Komite Pengembangan Kontrak Konstruksi Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi (LPJK) Husni Ingratubun menyatakan, seminar itu sejalan dengan program nasional LPJK. Pihaknya sepakat berbagai sumber daya lokal harus dimunculkan dalam setiap adanya proses pembangunan di suatu wilayah. “Adanya tenaga asing tidak bisa dihindarkan, tergantung bagaimana kita mensikapi, apakah kita akan menjadi tuan di negeri sendiri. Tetapi semoga kita menjadi tuan, tidak menjadi penonton, maka sumber daya lokal harus dipersiapkan,” ungkap dia.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif