Kolom
Selasa, 20 Februari 2018 - 04:00 WIB

GAGASAN : Darmanto Jatman Bercerita Jawa

Redaksi Solopos.com  /  Ichwan Prasetyo  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Bandung Mawardi (Istimewa).

Gagasan ini dimuat Harian Solopos edisi Senin (15/01/2018). Esai ini karya Bandung Mawardi, seorang kritikus sastra. Alamat e-mail penulis adalah bandungmawardi@gmail.com.

Solopos.com, SOLO–Rumah dalam pemahaman peradaban Jawa adalah ruang hidup untuk menjadikan manusia ada dan berada. Pemahaman itu menunjukkan konstruksi Jawa direpresentasikan rumah dengan pelbagai pemaknaan.

Advertisement

Gunawan Tjahyono (2000) menjelaskan bahwa memahami omah (rumah) sama dengan memahami kehidupan suatu kelompok kebudayaan. Rumah itu cermin diri orang Jawa, masih terikat konsep berhuni, meliputi seperangkat kegiatan rutin atau ritual.

Rumah dan peradaban Jawa menjadi perkara penting bagi Darmanto Jatman, intelektual dan budayawan, dalam gubahan puisi berjudul Rumah. Puisi itu kental dan fasih mengungkapkan pandangan dunia dan hidup berpijak kebudayaan Jawa. Puisi Rumah mengisahkan rumah dengan representasi mengenai lelaki, perempuan, dan pandangan hidup, pergaulan manusia, dan religiositas.

Darmanto Jatman menulis: Sang Guru laki kepada Rabinya:/ Rumah itu Omah/ Omah itu dari Om dan Mah/ Om artinya O, maknanya langit, maksudnya ruang,/ bersifat jantan/ ah artinya menghadap ke atas, maknanya bumi, maksudnya/ tanah, bersifat betina/ jadi rumah adalah ruang pertemuan laki dan rabinya/ karenanya kupanggil kau Semah, karena kita serumah.

Advertisement

Pujangga memberi definisi dan tafsiran kosmologis. Rumah (omah) berarti pusat kisah melibatkan pemahaman manusia, ruang, dan kebudayaan. Puisi Rumah menghadirkan pemahaman manusia Jawa atas fungsi dan nilai rumah. Pemahaman ruang dan arsitektural Jawa terbeberkan secara naratif.

Pekarangan rumah biasa ditanami empon-empon yang berfaedah menghangatkan tubuh. Pengertian simbolis kunir menjadi pengharapan bakal anak kelak bisa memiliki kulit kuning lencir. Sumur terletak di pojok pekarangan memiliki arti kebersihan dan penghuni rumah memiliki kondisi lahir batin bersih dan anteban (mantap).

Kondisi itu bisa menolak jin dan setan jika ingin merasuk atau menggoda manusia. Pendhapa itu bangunan berdiri dengan empat saka guru dan delapan tiang penjuru yang memiliki fungsi untuk interaksi manusia (penghuni rumah dengan tamu, sanak kadang, dan tangga teparo).

Selanjutnya adalah: Ruang untuk menaruk pusaka warisan leluhur

Advertisement

Pusaka

Senthong menjadi ruang untuk menaruh pusaka warisan leluhur, menghindarkan penghuni rumah dari malapetaka. Senthong adalah ruang religiositas manusia Jawa untuk semadi dan dialog bersama Tuhan. Gandhok itu representasi dari pemenuhan kebutuhan hidup lahiriah. Ruang humanis penghuni rumah dengan orang lain saat membutuhkan bantuan.

Pemahaman rumah dalam puisi Darmanto Jatman menemukan eksplanasi dalam konteks arsitektur dan kultural melalui buku Revianto Budi Santosa berjudul Omah: Membaca Makna Rumah Jawa (2000). Rumah secara mendasar dipahami tempat tinggal untuk sebagian besar praktik-praktik domestik dilakukan.

Advertisement

Rumah pun tempat ekspresi keberadaan diri. Rumah adalah representasi dan realisasi manusia penghuni dengan segala pemikiran dan tindakan. Penempatan dan pemfungsian ruang selalu berkaitan eksistensi diri yang mengacu orientasi kultural, estetika, religiositas, system, dan interaksi sosial.

Rumah adalah ruang hidup yang mengandung nilai dan bentuk dalam konstruksi mentalitas dan kesadaran kosmologis. Tafsir rumah ala Darmanto Jatman menguatkan pemaknaan rumah adalah ruang hidup dengan konstruksi kultural dan arsitektur dalam kesadaran kosmologis. Darmanto Jatman memiliki tafsiran simbolis dan faktual dalam pengisahan rumah sebagai pusat kehidupan.

Pemaknaan rumah mengantarkan pada kisah besar kehidupan. Rumah menjadi ruang bagi cerita cinta, religiositas, interaksi sosial, laku hidup, pencarian dan pengelolaan rezeki, nostalgia, mimpi, eksistensi manusia, dan pewarisan adab.

Puisi berjudul Rumah mengandung permainan bahasa. Tafsir makna dari istilah omah memunculkan semah (istri) dengan pemaknaan bumi (tanah), bersifat betina, dan alasan ada bersama serumah. Pengisahan dan penjelasan sosok istri dalam kisah panjang bisa ditemukan dalam puisi Darmanto Jatman berjudul Isteri.

Advertisement

Puisi itu memberi tafsir perempuan berkonteks Jawa, mengacu ke pandangan tradisional, identifikasi pada  wayang, dan mitos. Istri dipahami pada sosok mengurusi hal-hal domestik. Darmanto Jatman mengisahkan istri menemukan representasi dan realisasi diri dalam pekerjaan menyapu pekarangan, memasak di dapur, mencuci di sumur, mengirim rantang ke sawah, dan ngeroki suami ketika masuk angin.

Selanjutnya adalah: Tak kentara mengungkapkan hierarki posisi

Posisi

Puisi Isteri tak kentara mengungkapkan hierarki posisi antara suami dan istri atau sekadar memahami istri dalam pandangan konservatif: kanca wingking (teman belakang). Darmanto Jatman mengisahkan peran penting istri: Ia sebagai sisihan kita/ kalau kita pergi ke kondangan/ Ia tetimbangan kita/ kalau kita mau jual palawija/ Ia teman belakang kita/ kalau kita lapar dan mau makan/ Ia sigaraning nyawa kita/ kalau kita/ Ia sakti kita.

Pengukuhan peran istri ditunjukkan dalam sebutan garwa (sigaraning nyawa) dan sakti (bertuah atau keramat dalam hidup). Darmanto Jatman menguatkan pengisahan sosok istri bereferensi  wayang: kiblat identifikasi diri masyarakat Jawa. Sosok dan sifat dicontohkan pada Subadra, Arimbi, dan Sawitri.

Advertisement

Mereka adalah istri yang memiliki kecantikan, kesabaran, kesetiaan, kasih, dan tanggung jawab besar dalam menerima amanah hidup mendampingi suami (Arjuna, Bima, Setyawan) dan mengasuh anak.

Sifat-sifat dan peran dimiliki istri sebagai representasi manusia hidup dengan kodrat, tuntunan, dan kehendak. Pengacuan ke mitos bersifat kultural mengarah ke Dewi Sri, sumber hidup. Darmanto Jatman memastikan istri mesti dihormati. Istri sangat penting dalam hidup.

Puisi Rumah dan Isteri karya Darmanto Jatman menguak perkara-perkara remeh dan rumit. Persoalan besar menjadi suatu rumusan dari permainan bahasa. Omah dan semah untuk memunculkan somah. Istilah somah bisa berarti istri, keluarga, atau rumah tangga.

Somah dalam tulisan itu berarti keluarga. Persoalan somah (keluarga) adalah kolektivitas dalam rumah dengan praktik hidup domestik dan hubungan-hubungan social kultural secara simbolis. Keluarga Jawa sebagai institusi sosial dan kultural menjadi pembuktian eksistensi dan selebrasi hidup.

Selanjutnya adalah: Dominasi ibu dalam masyarakat Jawa

Dominasi Ibu

Hildred Geertz (1961) mengakui bahwa dominasi ibu dalam masyarakat Jawa terjadi dalam urusan domestik. R. R. Jay (1963) juga mengakui ibu itu  pusat keluarga Jawa. Pandangan para peneliti asing menguatkan posisi dan peran perempuan selaku istri dan ibu.

Darmanto Jatman dengan persembahan puisi berjudul Rumah dan Isteri menunjukkan pembenaran meski tak memberi argumentasi panjang. Sosok istri dalam puisi Rumah memiliki posisi dan peran besar. Istri bertanggung jawab mengurusi rumah, berarti juga memiliki tanggung jawab besar terhadap keluarga (suami dan anak).

Peran ibu sebagai pusat keluarga disambungkan ke puisi berjudul Isteri. Tanggung jawab untuk keluarga itu meladeni suami dan memelihara anak dengan falsafah dan praktik hidup Jawa: tetep, madhep, mantep, gemati, nastiti, ngati-ngati. Keluarga dalam pemahaman Jawa adalah keberadaan orang-orang terpenting di dunia.

Cerita anak dituliskan Darmanto Jatman dalam puisi berjudul Anak. Puisi melengkapkan rumah, istri, dan keluarga. Darmanto Jatman mengakui keberadaan anak menjadi keutuhan hidup.

Darmanto Jatman menulis: Anak adalah denyut jantung rumah tangga/ Adalah pemberi arti bagi tukar padu, purik dan talak satu…. Anak adalah landasan dan alasan untuk membanting tulang/ Ialah yang membuat sah segala macam cara perjuangan/ Tunas yang menumbuhkan pohon silsilah/ Dan membangkitkan naluri keibuan dan kebapakan/ kita yang loyo, lesu dan kurang darah/ Sehingga kita sanggup membelai lembut dan mencakar/ garang.

Tiga puisi itu seperti warisan utuh dalam bercerita Jawa melalui rumah, istri, dan anak. Kini, warisan masih bisa dibaca saat Darmanto Jatman telah meninggalkan ”rumah” di dunia menuju rumah ”di sana” (16 Agustus 1942-13 Januari 2018). Ia meninggalkan istri, anak, dan cucu bersama puisi-puisi.

Kita harus turut berduka tapi tetap gembira dengan membaca warisan berupa puisi-puisi yang bercerita tentang Jawa, dari urusan sepele sampai rumit. Darmanto telah pamitan tapi bercerita tentang  Jawa belum usai.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif