Jogja
Senin, 19 Februari 2018 - 12:20 WIB

Bank Sampah Baru Kurangi 10 Persen Sampah Kulonprogo

Redaksi Solopos.com  /  Kusnul Istiqomah  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Daur ulang bank sampah dalam kegiatan pelatihan mendaur ulang sampah di objek wisata manrove Wana Tirta, Jangkaran, Temon, Minggu (18/2/2018). (Harianjogja.com/Uli Febriarni)

Kontribusi bank sampah yang ada di Kulonprogo belum maksimal

Harianjogja.com, KULONPROGO-Sebanyak 100 unit bank sampah yang ada di Kulonprogo belum maksimal dalam memproses sampah. Ratusan bank sampah itu dinilai baru mampu mereduksi sekitar 10% dari total debit sampah.

Advertisement

Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH), Suharjoko mengatakan, keberadaan bank sampah idealnya bisa mengurangi antara 30% hingga 50% sampah sebelum dikirimkan ke Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPAS) Banyuroto. Akan tetapi, tidak semua bank sampah yang ada saat ini diakuinya benar-benar aktif.

“Kami akan menambah sebanyak-banyaknya bank sampah. Semua dusun di Kulonprogo harus punya bank sampah,” ucapnya di sela-sela kegiatan Peringatan Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN) 2018 di Objek Wisata Mangrove Wanatirta, Minggu (18/2/2018).

Dia berharap bank-bank sampah tersebut bisa diberdayakan untuk mengelola material-material yang berasal dari sampah. Selain itu, DLH bersama dengan instansi terkait lainnya, selalu berupaya mengedukasi ibu-ibu rumah tangga agar bisa mengelola sampah secara mandiri. Dengan begitu residu sampah yang dibuang ke TPA bisa menyusut. Hal itu menurutnya juga bisa membantu mempertahankan usia pakai TPAS Banyuroto yang hanya memiliki luasan sekitar 2,6 hektare.

Advertisement

“Pembelian tanah untuk kebutuhan pembangunan TPAS itu tidak mudah. Yang bisa kita lakukan bersama saat ini, salah satunya meminimalkan buangan sampah ke TPA,” kata dia.

Dia mengatakan, dari 12 kecamatan di Kulonprogo, dua di antaranya yaitu Wates dan Pengasih merupakan kecamatan penghasil sampah terbanyak. Berdasarkan catatan DLH Kulonprogo, kedua kecamatan itu masing-masing menyumbang setidaknya 100 meter kubik per hari.

Tak hanya itu, perilaku pengunjung di objek wisata pantai juga menjadi salah satu penyebab tingginya jumlah sampah di Kulonprogo. Pasalnya, potensi sampah di kawasan pantai selama ini terbilang cukup tinggi. Hal itu dihitung berdasarkan jumlah wisatawan yang datang dikalikan dengan potensi sampah sekitar 0,3 atau 0,4 kilogram per orang per satu kali kunjungan. “Belum lagi ditambah dengan sampah yang memang berasal dari hulu sungai.”

Advertisement

Ketua Perkumpulan Yogyakarta Green and Clean (YGC) Istiadji Subekti mengatakan sudah selayaknya jika objek wisata bebas sampah. Itulah sebabnya, peringatan HSPN tahun ini digelar di kawasan wisata, tepatnya di Hutan Mangrove Wanatirta, Pasir Mendit, Desa Jangkaran, Kecamatan Temon.

“Acara ini digelar di sini, tujuannya, untuk ikut menghidupkan destinasi wisata di Kulonprogo yang dinilai telah menjadi pelopor konservasi sekaligus Wisata Mangrove di DIY,” kata dia.

Melalui tema HPSN 2018 yakni Sayangi Bumi Bersihkan dari Sampah, rangkaian kegiatan diisi dengan aksi Gropyokan Sampah atau Reresik Kawasan Pantai. Hasil Gropyokan Sampah, kata dia, lantas dipilah oleh semua peserta dengan metode 3R (reduce, reuse, recycle).

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif