Soloraya
Minggu, 18 Februari 2018 - 22:35 WIB

Unik dan Langka, Geologi Bayat Klaten Diteliti Lebih dari 1.000 Mahasiswa dalam Setahun

Redaksi Solopos.com  /  Suharsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Menteri PUPR, Mochamad Basoeki Hadimuljono, menandatangani prasasti peresmian Rusunawa di Bayat, Sabtu (17/2/2018). (Cahyadi Kurniawan/JIBI/Solopos)

Struktur geologi di Bayat, Klaten, dianggap unik dan langka sehingga menarik banyak mahasiswa dalam dan luar negeri untuk menelitinya.

Solopos.com, KLATEN — Kecamatan Bayat, Klaten, memiliki struktur geologi yang dianggap unik dengan bantuan yang lebih lengkap dibanding daerah lain di Indonesia. Hal itu menarik banyak mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi untuk menelitinya.

Advertisement

Sampai saat ini sudah lebih dari seribu mahasiswa yang berdatangan untuk meneliti geologi Kecamatan Bayat. Rektor Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Prof. Panut Mulyono, mengatakan mahasiswa yang melakukan penelitian itu dari dalam dan luar negeri seperti Jerman, Jepang, Prancis, dan lainnya.

Sedangkan dari dalam negeri umumnya mereka dari universitas yang memiliki jurusan atau departemen Teknik Geologi, Teknik Geofisika, Geografi, seperti UPN, UGM, dan lainnya. “Bulan depan dari Prancis akan melakukan penelitian di sini,” kata dia saat ditemui wartawan di sela-sela peresmian Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa) UGM di Kecamatan Bayat, Sabtu (17/2/2018).

Keunikan geologi Bayat, sambung Panut, salah satunya memiliki situs batuan-batuan yang berumur pre-tersier. Di Indonesia, batuan jenis itu hanya ada di tiga tempat yakni Bayat, Karangsambung, dan Bayah di Jawa Barat. “Tempat-tempat semacam ini perlu dioptimalkan dan preserve untuk kepentingan belajar,” imbuh dia.

Advertisement

Tak sekadar penelitian, keberadaan para mahasiswa khususnya dari UGM di Bayat juga untuk program pengabdian kepada masyarakat salah satunya mendorong pembentukan desa wisata seperti yang dikembangkan di Bukit Cinta, Desa Gununggajah. Jika daerah bisa berkembang menjadi desa wisata, masyarakat bisa memanfaatkannya untuk mendongkrak perekonomian misalnya dengan membangun homestay.

“Yang jelas, Bayat menjadi terkenal karena keberadaan geologinya. Tinggal bagaimana menarik kunjungan wisatawan ke sini,” ujar dia.

Menteri Pekejaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Mochamad Basoeki Hadimuljono, mengatakan saat menjadi mahasiswa antara 1970-1975, dia juga meneliti geologi Bayat. Dulu, ia dan teman-temannya tinggal di rumah Kepala Desa Krakitan.

Advertisement

“Sekarang semakin banyak mahasiswa, saya kira mereka butuh ini [Rusunawa] dan ternyata tidak hanya dipakai Gadjah Mada [UGM], Trisakti, UPN, Unhas, Palembang, Padang, bahkan luar negeri,” kata dia.

Selain Bayat, menurut Basoeki, kondisi serupa juga bisa dijumpai di Pulau Timor. Di sana terdapat pertemuan dua lempeng Australia dan Asia yang dikenal dengan nama ring of fire. “Banyak doktor yang dihasilkan dari Bayat ini,” beber dia.

Basoeki menceritakan penelitian geologi di Karangsambung dipakai untuk mahasiswa dari barat misalnya Unpad, ITB, Akademi Geologi. Sedangkan yang di Bayat salah satunya digunakan mahasiswa UGM.

“UGM juga ada dua, satu di sini, satu di Kulonprogo. Kulonprogo untuk pemula, sini yang lebih kompleks jenis batuan, stratigrafi, dan strukturnya,” tutur Basoeki.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif