Soloraya
Minggu, 18 Februari 2018 - 19:46 WIB

Joglo Sriwedari Solo Bakal Dirobohkan, Tak Boleh Ada Aktivitas setelah Maret

Redaksi Solopos.com  /  Suharsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Joglo Sriwedari di Taman Sriwedari Solo. (Dok/JIBI/Solopos)

Joglo di Taman Sriwedari Solo akan dirobohkan dan Pemkot meminta segala aktivitas dihentikan setelah Maret.

Solopos.com, SOLO — Joglo Taman Sriwedari segera dirobohkan. Bangunan ikonik di Taman Sriwedari tersebut menjadi bagian dari penataan kawasan Sriwedari dan masuk dalam rencana kompleks Masjid Taman Sriwedari.

Advertisement

Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) sudah berkoordinasi dengan Dinas Pariwisata sebagai pengelola Joglo Sriwedari agar menghentikan segala aktivitas di joglo paling lambat akhir Maret. Hal itu agar tak ada pihak yang menyewa joglo sehingga Dinas PUPR bisa meratakannya dengan tanah tanpa terganjal kesepakatan kerja sama dengan pihak ketiga.

Kepala Dinas PUPR, Endah Sitaresmi, mengatakan joglo termasuk dalam kompleks masjid. Rencananya, joglo memang akan dirobohkan. “Waktunya memang belum tentu karena joglo kelak menjadi area pelengkap, bukan bangunan utama masjid,” tuturnya saat dihubungi Solopos.com, Minggu (18/1/2018).

Baca:

Advertisement

Ia memang sudah berkoordinasi dengan Disparta karena dinas tersebut yang mengeluarkan izin kegiatan di Joglo Sriwedari. Disparta diminta tidak memberi izin untuk kegiatan apa pun setelah Maret.

“Ya kalau sewaktu-waktu mau kami ambrukkan, tidak ada pihak yang telanjur minta izin. Cuma kalau ada yang mau pakai dalam waktu dekat saja ya enggak apa-apa,” tuturnya.

Meski demikian, ia belum bisa memastikan waktu pembongkaran joglo itu. Hal itu masih menunggu koordinasi dengan panitia pembangunan Masjid Taman Sriwedari.

Advertisement

Sementara itu, Ketua DPC Himpunan Artis Musik Keroncong Indonesia (Hamkri) Kota Solo, Wartono, mengatakan sudah diberi tahu akan ada penataan sehingga Hamkri harus angkat kaki dari Joglo Sriwedari pada akhir Maret. Kini, ia masih mencari tempat baru untuk beraktivitas.

“Katanya joglo itu harus steril karena ada penataan. Tapi belum ada surat resmi dari Disparta,” kata dia saat ditemui Solopos.com, pekan lalu.

Ia mengaku kebingungan mencari tempat baru untuk latihan dan menggelar pertunjukan keroncong. Padahal, ada sekitar 200 orang yang hadir tiap musik keroncong dimainkan di Joglo Sriwedari. “Apa pun kebijakannya, saya bersiap-siap. Saya sudah melihat beberapa lokasi, tapi belum ada yang cocok,” katanya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif