Jogja
Minggu, 18 Februari 2018 - 10:20 WIB

Buya Syafii Minta Sultan Tiru HB IX

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah Ahmad Syafii Maarif saat beraudiensi dengan Gerakan Masyarakat Melawan Intoleransi (Gemayomi) di Grha Suara Muhammadiyah, Jalan KH Ahmad Dahlan, Sabtu (17/2/2018). (I Ketut Sawitra Mustika/JIBI/Harian Jogja)

Mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah Ahmad Syafii Maarif atau Buya Syafii menyebut Gubernur DIY Sri Sultan HB X harus terjun lebih sering ke masyarakat

Harianjogja.com, JOGJA--Mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah Ahmad Syafii Maarif atau Buya Syafii menyebut Gubernur DIY Sri Sultan HB X harus terjun lebih sering ke masyarakat dan meningkatkan koordinasi dengan aparat berwenang demi mencegah terjadinya kembali peristiwa intoleran.

Advertisement

Baca juga : Buya Syafii: Penganut Radikalisme adalah Kaum Putus Asa yang Patut Dikasihani

“Sultan harus turun ke masyarakat seperti semboyan ayahnya. Beliau juga mesti proaktif, agar Jogja yang berstatus City Of Tolerans tidak terganggu oleh tindakan-tindakan yang merusak,” ucap Buya di Grha Suara Muhammadiyah, Jalan KH Ahmad Dahlan, Sabtu (17/2/2018).

Kasus intoleransi terbaru yang menimpa Bumi Mataram terjadi pada pekan lalu, saat seorang pemuda bernama Suliyono menyerang Gereja St Lidwina, Bedog, Sleman secara membabi buta. Sebelum peristiwa itu juga sempat terjadi pembubaran bakti sosial di Bantul. Bakti sosial diselenggarakan oleh gereja setempat dan dibubarkan karena dianggap sebagai kristenisasi.

Advertisement

Atas berbagai peristiwa yang ada, Jogja pun dituduh tak lagi berhati nyaman. Dari Indeks Kota Toleran 2017 yang di rilis Setara Institute beberapa waktu silam, Jogja juga mendapat predikat sebagai peringkat keenam kota paling tidak toleran se-Indonesia.

Namun meski demikian, Buya meyebut Jogja belumlah separah itu. Menurutnya, sebelum mengambil kesimpulan, harus dibuat studi baru. Bukan sebagai tandingan, tapi pelengkap studi yang sudah ada. “Kalau hasilnya ternyata tidak beda jauh, itu harus jadi lampu kuning.”

Sementara itu, Koordinator Gerakan Masyarakat Melawan Intoleransi (Gemayomi) Profesor Mukhtasar Syamsuddin mengatakan akan terus mendukung upaya Buya Syafii dalam menjaga kebhinekaan. Gemayomi, ucapnya, akan terus berjuang bersama untuk menjadikan keberagaman sebagai rahmat dalam pembangunan, bukan sebaliknya sebagai pemecah belah.

Advertisement

Gemayomi menyebut dirinya sebagai gerakan masyarakat yang bertekad mempertahankan masyarakat Jogja yang toleran demi keberlanjutan NKRI yng berlandaskan Pancasila. Gerakan ini awalnya terdiri dari 32 elemen masyarakat dan terus bertambah sejak didirikan pada 11 Februari 2018.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif