Soloraya
Sabtu, 17 Februari 2018 - 16:42 WIB

HUT KOTA SOLO : Semarak Jenang Sala, Santap Jenangnya Pelajari Maknanya

Redaksi Solopos.com  /  Suharsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Kemeriahan Semarak Jenang Sala di halaman Benteng Vastenburg, Pasar Kliwon, Solo, Sabtu (17/2) pukul 10.00 WIB. (Irawan Sapto Adhi/JIBI/Solopos)

Warga berebut jenang di Semarak Jenang Sala yang digelar di kawasan Benteng Vastenburg, Sabtu (17/2/2017).

Solopos.com, SOLO — Wali Kota Solo F.X. Hadi Rudyatmo yang sudah ditunggu-tunggu akhirnya tiba di kawasan Benteng Vastenburg Solo, Sabtu (17/2/2018) pagi. Warga yang sudah tak sabar menunggu pun berebut mengambil jenang.

Advertisement

Mereka menyerbu 273 stan yang menyediakan jenang dalam event Semarak Jenang Sala sebagai bagian perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-273 Kota Solo. Pengunjung tak mengindahkan imbauan Tera dan Mamank Tse selaku pembawa acara.

Karena sungkan, beberapa penjaga stan akhirnya melunak membiarkan para pengunjung dari berbagai daerah tersebut mengambil jenang yang telah diwadahi takir. Tapi, ada lebih banyak penjaga stan yang tetap teguh tidak membagikan jenang sebelum rombongan Wali Kota Solo tiba.

Advertisement

Karena sungkan, beberapa penjaga stan akhirnya melunak membiarkan para pengunjung dari berbagai daerah tersebut mengambil jenang yang telah diwadahi takir. Tapi, ada lebih banyak penjaga stan yang tetap teguh tidak membagikan jenang sebelum rombongan Wali Kota Solo tiba.

Pembagian jenang begitu rombongan Wali Kota tiba di halaman Benteng Vastenurg sebenarnya tidak diharapkan panitia. Tera dan Mamank Tse sempat meminta para penjaga stan untuk tidak membagikan jenang terlebih dahulu sebelum digelar prosesi pembukaan oleh Wali Kota Solo.

Mereka juga meminta para pengunjung tidak mengambil dan menikmati jenang sebelum digelar prosesi kembul agung. Namun, para pengunjung tetap membandel dan menikmati jenang sebelum prosesi pembukaan. (Baca: Begini Meriahnya Semarak Jenang Sala)

Advertisement

Setelah itu, Wali Kota dan Wakil Wakil Kota diarahkan untuk memarut kelapa dan mengaduk jenang di stan Indonesia Chef Associaton (ICA) Solo. Setelah itu baru diadakan prosesi pembacaan sejarah jenang, sambutan-sambutan, pembagian jenang kepada perwakilan masyarakat, dan diakhiri kembul agung.

Wali Kota Solo, F.X. Hadi Rudyatmo, menjelaskan Semarak Jenang Sala digelar Pemkot untuk melestarikan jenang sebagai makanan tradisional warisan budaya. Kali ini Semarak Jenang Sala bertema Mapan Wargane, Tumata Kotane.

Rudy, sapaan akrab Wali Kota, manyampaikan jenang di Kota Solo diyakini memiliki nilai filosofis dan sebagai simbol rasa syukur terhadap Tuhan. Dia menghendaki Semarak Jenang Sala bakal digelar lagi tahun depan.

Advertisement

“Tahun depan diadakan lagi, Pak Bagyo [Kepala Dinas Perdagangan Solo yang menjadi Ketua Panitia Semarak Jenang Sala]. Kelihatan masyarakat lebih tertib daripada saat Fesival Jenang di sana [Koridor Ngarsopuro pada tahun-tahun sebelumnya]. Karena kemarin saya ikut salah, sekian banyak jenang yang diinjak-injak. Ini merupakan hal yang salah dan perlu dipahami karena di daerah lain ada banyak orang yang enggak bisa makan. Kami juga mengajak masyarakat untuk bisa tertib, tidak rebutan jenang,” jelas Rudy.

Ketua Panitia Semarak Jenang Sala, Subagiyo, mengakui ada sedikit ketidaksesuaian dalam pelaksanaan Semarak Jenang Sala, yakni terkait proses pembagian jenang. Dia menyebut memang seharusnya jenang dibagikan setelah prosesi pembukaan. Namun, karena saking inginnya masyarakat menikmati jenang, para penjaga stan dari berbagai perwakilan OPD, pengusaha, hingga kelompok PKK kelurahan tersebut akhirnya tak tega dan membuka kesempatan bagi mereka untuk mengambil jenang yang telah disajikan.

Dia berkomitmen bakal memperbaiki manajemen acara pada penyelenggaraan Semarak Jenang Sala tahun depan. “Memang ada masyarakat yang sudah tidak sranta atau sabar lagi. Mereka penasaran dengan banyak jenis jenang yang sudah jarang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari sehingga timbul rasa ingin mencicipi atau mencoba. Akhirnya mereka buru-buru meminta jenang tersebut kepada para penjaga stan sebelum waktunya,” tutur Subagiyo.

Advertisement

Budayawan Solo, S.T. Wiyono, berkesempatan menjelaskan makna yang terkandung pada 17 jenis jenang yang disajikan dalam Semarak Jenang Sala. Menurut dia, masing-masing jenis jenang memiliki makna dan sejarah berbeda. Wiyono mencontohkan jenang Sengkala yang terdiri dari jenang abang dan putih. Hal itu menjasi simbol dari keberadaan manusia di dunia. Jenang abang melambangkan laki-laki, sedangkan jenang putih melambangkan perempuan.

“Adanya jenang Sengkala di setiap ritual, yakni agar manusia selalu ingat jika dunia terisi dua esensi, yaitu feminisme dan maskulinisme. Beda lagi dengan jenang Katul yang memiliki makna bahwa manusia hidup tak bisa berdiri sendiri, selalu membutuhkan orag lain,” terang Wiyono.

Sebagai informasi, Semarak Jenang Sala digelar setelah Pemkot menggelar upacara Pringatan HUT ke-273 Kota Solo di Stadion Sriwedari.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif