Jogja
Jumat, 16 Februari 2018 - 18:55 WIB

Berumur Lebih dari Dua Abad, Kraton Jogja Harus Berperan Jaga Toleransi

Redaksi Solopos.com  /  Bhekti Suryani  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi (dokumen)

Sejumlah kalangan menyampaikan kritikan dan masukan terkait peran Kraton Jogja.

Harianjogja.com, JOGJA–Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat menginjak usia 271 tahun pada 2018 ini. Di usianya yang sudah matang tersebut, kerajaan yang didirikan oleh Pangeran Mangkubumi itu diharapkan bisa semakin memperkuat perannya sebagai pusat kebudayaan dan spiritualitas. Selain itu, Kraton juga didorong untuk terus menjaga kerukunan serta toleransi di Bumi Mataram.

Advertisement

Ketua Forum Persaudaraan Umat Beragama (FPUB) yang juga Pemimpin Pondok Pesantren Nurul Ummahat, Kotagede, Jogja, Kiai Abdul Muhaimin menilai akhir-akhir ini otoritas Kraton sebagai pusat kebudayaan dan spiritual telah mengalami degradasi sedemikian rupa. Pasalnya, sebagian anggota keluarga kerajaan dinilai lebih fokus pada kegiatan yang berbau materi.

“Urusan spiritual dikesampingkan,” ujar Kiai Abdul Muhaimin Jumat (16/2/2018). Menurutnya, indikator dari menurunnya peran Kraton dalam hal kebudayaan dan spiritual terlihat dari maraknya kasus intoleransi di Bumi Mataram. Tak hanya itu, rasio gini yang tertinggi di Indonesia, sambungnya, adalah contoh lain yang perlu mendapat perhatian.

“Dana keistimewaan Rp1 triliun, kok jurang antara yang miskin dan kaya semakin lebar. Saya kira Keluarga kerajaan secara perlahan harus mengurangi dominasinya di bidang ekonomi. Sultan yang sekarang kan yang ke-10, bagi orang Jawa itu artinya nol, nol itu artinya harus memulai kembali,” imbuhnya.

Advertisement

Baca juga : Deklarasi Jogja Damai Jangan Hanya Jadi Macan Kertas

Penghageng Tepas Dwarapura Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, KRT Jatiningrat menyebut, Kraton harus mampu menjadi pelindung masyarakat, apapun agama dan keyakinannya. Ia menyatakan, Sultan HB X sebagai pemimpin tertinggi kraton harus bisa mempersatukan perbedaan yang ada sehingga ketentraman dan toleransi bisa terwujud.

Menurutnya, sikap mengayomi Kraton Ngayogyakarto Hadiningrat terhadap semua pemeluk agama sudah dilakukan sejak lama. Salah satu contohnya adalah keputusan Sri Sultan HB VII yang memperbolehkan pembangunan Kelenteng Fuk Ling Miau, Gondomanan.

Advertisement

Romo Tirun, begitu ia bisa disapa, mengutarakan, semua anggota keluarga kerajaan harus mampu menjaga wibawa Kraton dengan menjadi contoh yang baik. “Bukan memberi contoh, tapi mampu menjadi contoh. Bukan hanya Sultan tapi semua anggota keluarga. Kalau tidak mampu, wibawa Kraton akan jadi merosot. Wibawa ini soalnya berhubungan dengan perlindungan masyarakat,” jelasnya.

Peringatan hari jadi kerajaan yang terlahir dari rahim Kesultanan Mataram itu sendiri diperingati pada Kamis (15/2/2018). Pada hari itu digelar Pengetan 271 Tahun Hadeging Nagari Ngayogyakarta Hadiningrat di Kagungan Dalem Pagelaran Kraton.

Acara itu dihadiri Ketua Parampara Praja DIY Profesor Mahfud MD, Anggota DPD RI Muhammad Afnan Hadikusumo, Kapolda DIY Brigjen Pol Ahmad Dofiri, Sekretaris Daerah DIY Gatot Saptadi dan petinggi-petinggi lainnya. Selain itu, ribuan jamaah Majelis Tasyakur turut hadir dalam mujahadah akbar dan sema’an Al-Quran tersebut.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif