Jogja
Jumat, 16 Februari 2018 - 11:20 WIB

BBPOM DIY Pastikan Permen Berbentuk Bintang H&Y Aman

Redaksi Solopos.com  /  Kusnul Istiqomah  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Kepala SD Negeri II Jetisharjo, Temu Lestari (kiri) sedang berbincang dengan para siswi yang sempat mengalami gejala keracunan setelah makan permen. (Ujang Hasanudin/JIBI/Harian Jogja)

Dari pemeriksaan Kamis sore hasilnya negatif Napza

Harianjogja.com, JOGJA-Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM) DIY memastikan permen H&Y aman dikonsumsi. Permen warna warni berbentuk bintang yang disebut-sebut sebagai penyebab keracunan siswa itu tidak terbukti mengandung obat berbahaya maupun narkotika, psikotropika, dan zat adiktif (Napza).

Advertisement

“Dari pemeriksaan kemarin sore [Kamis] hasilnya negatif Napza. Kandungan lain seperti bahan berbahaya juga negatif,” kata Pelaksana Harian Kepala BBPOM DIY Ani Fatimah saat dihubungi Harianjogja.com, Jumat (16/2/2018) pagi.

Ani mengatakan, BBPOM DIY hanya mengambil sampel permen sisa yang dikonsumsi siswa SD Negeri II Jetisharjo. Sementara sampel muntahan korban diteliti oleh Balai Laboratorium Kesehatan (BLK) DIY.

Pihaknya masih akan berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan untuk mencari penyebab lain (endemi) yang membuat para siswa mengalami tanda-tanda keracunan. “Kami masih cari penyebab lainnya,” ucap Ani, yang juga sebagai kepala bidang sertifikasi dan layanan informasi konsumen BBPOM DIY.

Advertisement

Sebelumnya, diberitakan delapan siswa SD Negeri II Jetisharjo mengalami keracunan setelah mengonsumsi permen H&Y pada Rabu (14/2/2018) siang. Mereka sempat mendapat perawatan di Puskesmas Jetisharjo, bahkan salah satunya dirujuk ke Rumah Sakit Bethesda untuk penanganan lebih lanjut.

Permen produksi Tangerang, Banten itu dibeli mahasiswa kuliah kerja lapangan (KKL) di toko sekitar sekolah, kemudian diberikan kepada siswa sebagai hadiah bagi yang berhasil menjawab tebak-tebakan. Meski permen tersebut aman, tetapi para siswa yang merasa pusing, mual, dan sesak napas usai mengkonsumsi permen itu masih trauma dan enggan mengonsumsinya lagi, “Engak mau lagi makan permen itu,” ucap Tania, salah satu korban.

Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif