Jogja
Rabu, 14 Februari 2018 - 12:20 WIB

Tim Ahli Geologi Teliti Tanah Ambles Gunungkidul

Redaksi Solopos.com  /  Kusnul Istiqomah  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Kepala Desa Krambilsawit Wagiya saat memperlihatkan tanah ambles di Dusun Ngondel Kulon, Krambilsawit, Saptosari, Senin (29/1/2018). (David Kurniawan/JIBI/Harian Jogja)

Penelitian diharapkan dapat memetakan secara detil tanah ambles di Gunungkidul

Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL-Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Gunungkidul Edy Basuki mengatakan tim ahli sedang meneliti kasus tanah ambles yang terjadi di Gunungkidul.

Advertisement

Ia mengatakan, Riset tersebut diharapkan dapat menemukan titik penyebab ambles dan mencari solusi yang tepat. “Hari ini [Selasa] ada tim dari Badan Geologi Bandung, Jawa Barat datang untuk meneliti. Namun  saya belum mengetahui juga hasilnya seperti apa, karena masih ada kepentingan lain,” ujarnya, Selasa (13/2/2018).

Baca juga : Dewan Minta Pemkab Gunungkidul Cepat Tangani Tanah Ambles

Dia berharap penelitian tersebut dapat memetakan secara detil tanah ambles di Gunungkidul. Melalui riset ini pula, Edy juga meminta ada solusi mengatasi sinkhole. Edy mengaku telah meminta kecamatan hingga dusun segera melapor saat terjadi kasus yang sama. Selain itu, imbauan kehati-hatian juga terus disosialisasikan.

Advertisement

Sebelumnya, Edy menuturkan solusi sementara yang ditawarkan ialah pembuatan drainase agar air hujan yang tergenang di lubang dapat disalurkan ke lahan lain. Selain itu, upaya ini diyakini dapat mengurangi beban di tanah ambles sehingga tidak mengakibatkan dalam atau lebar lubang bertambah.

“Terutama di kawasan karst kami mengharapkan masyarakat tidak membiarkan jika melihat ada air yang menggenang di salah satu cekungan. Karena di kawasan karst struktur tanahnya berongga sehingga air tersebut dapat menggerus tanah,” ujarnya.

Garis batas polisi saat ini telah dipasang di titik-titik ambles. Upaya ini dilakukan untuk mengantisipasi jika terjadi hujan dengan intensitas tinggi kembali terjadi, diharapkan warga tidak mendekat area yang telah ditandai. Dari sisi masyarakat, karena merasa luas dan dalam tanah ambles bertambah, mereka berinisiatif menutup secara mandiri menggunakan dedauan, jerami atau tanah. Adapun upaya ini dapat berisiko memperlebar lubang.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif