Jogja
Senin, 12 Februari 2018 - 22:55 WIB

Bunga KUR Semakin Turun, Bagaimana Nasib BPR?

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi menghitung uang (Nurul Hidayat/JIBI/Bisnis)

Industri perbankan perkreditan rakyat di DIY kian menghadapi persaingan yang ketat

Harianjogja.com, JOGJA-Industri perbankan perkreditan rakyat di DIY kian menghadapi persaingan yang ketat, setelah penurunan suku bunga KUR perbankan umum dari 9% menjadi 7%.

Advertisement

“Turunnya suku bunga KUR, dari sembilan persen menjadi tujuh persen, memang belum terlalu terasa bagi industri BPR. Namun, kami sudah mengantisipasinya,” ujar Ketua Bidang Organisasi Perhimpunan Bank Perkreditan Rakyat Indonesia (Perbarindo) DIY, Sudjut Budi Utomo kepada Harianjogja.com, Minggu (11/2/2018).

Sudjut mengatakan selama ini pasar pembiayaan KUR yang disalurkan oleh perbankan umum menyasar segmen yang tidak jauh berbeda dengan BPR. Tentunya, secara kompetisi akan berdampak pada bisnis perbankan BPR.

“Antisipasi secara bisnis, sementara hanya bisa dilakukan dengan memberikan kualitas pelayanan yang lebih baik saja,” ungkap Sudjut.

Advertisement

Industri BPR di tengah ketatnya persaingan segmen pasar diakui Sudjut, cukup berat. Pasalnya, biaya yang dikeluarkan industri BPR juga masih cukup besar.

Direktur Utama BPR Ukabima ini menambahkan pembiayaan KUR yang disalurkan oleh bank umum banyak yang menyasar UMKM. Terutama di sektor perdagangan yang cukup banyak membutuhkan permodalan dengan bunga pembiayaan yang ringan.

“Sebagian besar BPR, bunga yang diberikan hampir semuanya sama. Kurang lebih satu persen per bulan. Artinya memang dari sisi pembiayaan memang masih cukup tinggi,” papar Sudjut.

Advertisement

Sementara itu, pencapaian pembiayaan uang telah disalurkan BPR Ukabima pada 2017, lanjut Sudjut, berhasil menyalurkan Rp36 miliar. Pada tahun ini, di tengah ketatnya persaingan pembiayaan sektor mikro, diharapkan penyaluran dapat tumbuh 20%.

“Pembiayaan lebih yang disalurkan lebih dari 70 persen adalah untuk modal kerja, sisanya untuk konsumtif. Upaya yang bisa kami lakukan juga yakni menggenjot potensi pembiayaan mikro yang belum tersentuh oleh bank umum,” jelas Sudjut.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif