Jogja
Minggu, 11 Februari 2018 - 07:20 WIB

Kekerasan Terhadap Perempuan dan Anak di Sleman Paling Banyak Terjadi di Rumah

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi pencabulan atau penculikan terhadap anak (JIBI/Dok)

Jumlah korban kekerasan terhadap perempuan dan anak selama 2017 tercatat 471 kasus

Harianjogja.com, SLEMAN– Maraknya kasus kekerasan yang melibatkan anak dan perempuan perlu menjadi perhatian serius. Kampanye three end diharapkan terus menurunkan kasus tersebut.

Advertisement

Kepala Dinas P3AP2KB Sleman Mafilindati Nuraini mengatakan, jumlah korban kekerasan terhadap perempuan dan anak selama 2017 tercatat 471 kasus. Dari jumlah tersebut sebanyak kasus kekerasan terhadap anak 175 kasus dan dewasa 296 kasus.

“Ini jumlah korban, mayoritas dan dominan mengalami kekerasan psikis,” katanya kepada Harianjogja.com, Jumat (9/2/2018).

Pihaknya juga mencatat, lokasi kejadian yang dialami anak dan perempuan masih dominan terjadi dalam rumah tangga. Kasusnya, sebanyak 279 masuk kategori KDRT dan non KDRT terdapat 192 kasus. Selain itu, Anak Berhadapan Hukum (ABH) juga cukup banyak terjadi. Jumlahnya mencapai 54 kasus. Sebanyak 44 anak merupakan korban dan 11 anak sebagai pelaku kekerasan. “Ini termasuk mereka yang terlibat aksi klithih,” katanya.

Advertisement

Untuk menekan kasus kekerasan yang melibatkan anak dan perempuan, lanjut Linda, lembaganya terus menggencarkan sosialisasi  desa ramah anak, sekolah ramah anak dan juga sosialisasi lomba jingle Three Ends. “Ini kami lakukan untuk setop kekerasan termasuk menghentikan kasus perdagangan manusia,” katanya.

Menurutnya, banyak faktor yang memengaruhi maraknya kekerasan yang menimpa anak dan perempuan. Selain pemahaman masalah KDRT, hal itu juga terkait dengan masalah ekonomi. Pihaknya juga mendorong berakhirnya kesenjangan ekonomi bagi perempuan dan ketertinggalan perempuan dalam politik.

Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif