Jogja
Kamis, 8 Februari 2018 - 11:40 WIB

Begini Susahnya Kehidupan Warga Pelosok Kulonprogo Lantaran Tak Ada Sinyal

Redaksi Solopos.com  /  Bhekti Suryani  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Warga Tegalsari, Purwosari, Girimulyo, Kulonprogo membentangkan spanduk protes karena tidak ada sinyal telepon seluler di wilayah ini, Rabu (7/1/2018).(Beny Prasetya/JIBI/Harian Jogja)

Warga korban kecelakaan lamban mendapat pertolongan karena hambatan komunikasi.

Harianjogja.com, KULONPROGO–Ribuan keluarga yang tinggal di Desa Purwosari, Girimulyo, Kulonprogo terpaksa merasakan hidup tanpa akses informasi yang memadai. Pasalnya sinyal saluran telepon seluler tidak menjangkau wilayah ini. Warga mengaku kesulitan untuk mendapatkan informasi terbaru maupun menyampaikan kabar penting.

Advertisement

Kepala Dusun Tegalsari, Desa Purwosari Sajuliyanta saat ditemui Harianjogja.com, Rabu (7/2/2018) mengungkapkan masyarakat Tegalsari sudah tertinggal dari dusun dan desa tetangga. Dusun Tegalsari yang berada di antara objek wisata Gua Maria dan Ayunan Langit Watu Jaran itu terus tertinggal karena tidak mengetahui informasi dari luar desa atau dari sumber lainnya.

“Informasi yang masuk ke dusun kami pasti terlambat. Bila ingin mendapat informasi, kami harus ke desa sebelah untuk mendapatkan sinyal [telepon seluler] terlebih dahulu,” kata pria yang akrab disapa Juli itu.

Senada dengan Juli, warga RT 06 RW 03 Dusun Tegalsari, Bambang Waluyo, 46, mengaku kesusahan dalam berkomunikasi untuk kepentingan bisnisnya. Sebagai petani kopi sekaligus penjual kopi bubuk, Bambang mengaku kesusahan untuk memberikan kabar kepada mitra kerjanya. Terlebih sebagai petani yang selalu di ladang mitra kerjanya selalu kesusahan untuk mencari dirinya. “Kopi saya dibuat penelitian oleh Dosen UGM, dan gara-gara sinyal jadi susah mendapatkan berita terbaru,” ungkap Bambang.

Advertisement

Bambang lebih khawatir lagi ketika masyarakat mengalami kecelakaan di Jalan Resi Subali yang merupakan jalan provinsi.  Tidak kurang ada sepuluh kali kecelakaan pada enam bulan terakhir di jalan itu. Namun korban kecelakaan baru dapat ditolong setelah ada warga yang melintas dan mengabarkan ke rumah sakit atau bantuan medis lainnya. Menurut Bambang lambannya pertolongan akibat warga tidak dapat menggunakan telepon genggam untuk menelepon rumah sakit atau pusat bantuan lainnya.

“Ada setidaknya 10 kali kecelakaan, baru bisa ditolong saat masyarakat tidak sengaja bertemu. Untung ketemu warga dan tidak meninggal,” jelasnya.

Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif