Soloraya
Selasa, 6 Februari 2018 - 01:35 WIB

Bau Limbah PT RUM Sukoharjo Diklaim Sudah Berkurang Banyak

Redaksi Solopos.com  /  Suharsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Kepala DLH Sukoharjo, Djoko Sutarto (kanan), bersama dosen pascasarjana UNS Solo, Prabang Setyono, menunjukkan proses penanganan limbah di Pabrik PT RUM Sukoharjo, Senin (5/2/2018). (Solopos/dok)

Bau limbah dari PT RUM Sukoharjo yang dikeluhkan warga diklaim sudah berkurang banyak dibanding Januari lalu.

Solopos.com, SUKOHARJO — Bau limbah PT Rayon Utama Makmur (RUM) yang terus dikeluhkan warga Nguter, Sukoharjo, diklaim sudah berkurang banyak dibanding 19 Januari lalu. Penanganan limbah dengan memasukkan mikroba dan pengabutan dinilai cukup berhasil.

Advertisement

Hal itu disampaikan akademisi Lingkungan Hidup dari Program Pascasarjana UNS Solo, Prabang Setyono, kepada wartawan sambil menunjukkan lokasi pengolahan limbah di Wish Water Treatment (WWT) di Kompleks Pabrik PT RUM, Desa Plesan, Kecamatan Nguter, Sukoharjo, Senin (5/2/2018). Prabang optimistis batas waktu 19 Februari yang disepakati bagi PT RUM untuk mengatasi masalah bau limbah itu akan terpenuhi.

“Selama dua pekan ini upaya untuk mengurangi bau sudah dilakukan di antaranya dengan memasukkan mikroba dan pengabutan. Pengabutan dilakukan dengan tiga filter penyemprot air. Penempatan tiga titik penyemprotan air dimaksudkan agar partikel bau yang tidak tertangkap di penyemprotan pertama bisa ditangkap di penyemprotan kedua dan ketiga,” ujar Prabang.

Advertisement

“Selama dua pekan ini upaya untuk mengurangi bau sudah dilakukan di antaranya dengan memasukkan mikroba dan pengabutan. Pengabutan dilakukan dengan tiga filter penyemprot air. Penempatan tiga titik penyemprotan air dimaksudkan agar partikel bau yang tidak tertangkap di penyemprotan pertama bisa ditangkap di penyemprotan kedua dan ketiga,” ujar Prabang.

Prabang menjelaskan partikel limbah yang tidak tertangkap di pengabutan ketiga masih masuk ke tong bercampur mikroba dan didaur ulang. “Setelah keluar akan masuk kembali ke bak pengabutan sehingga udara yang keluar melalui cerobong berketinggian 120 meter sudah tidak berbau. Selain itu, di bak penampungan limbah cair juga akan dibuatkan kolam ikan sebelum air disalurkan ke pipa pembuangan menuju Sungai Bengawan Solo.”

Baca:

Advertisement

Warga Nguter Terdampak Bau Limbah PT RUM Sukoharjo Mengadu ke Polda

PT RUM Sukoharjo Diberi Waktu Sebulan untuk Atasi Bau Limbah

Prabang mengatakan di bak pengolahan limbah juga dipasang mesin pendeteksi derajat keasaman atau pH. Saat dilihat bersama-sama wartawan, Dirut PT RUM Mochamad Rachmat, Kepala Dinas Lingkungan Hidup Sukoharjo Djoko Sutarto, dan pejabat lainnya, derajat keasaman masih 7,38.

Advertisement

Ph standarnya tujuh sehingga kandungan asam di bak masih tinggi dan perlu diturunkan. “Insya Allah kesepakatan kemarin bisa dipenuhi. Karena progres penanganan bau limbah sudah tampak, ya mencapai 90% hingga 95%. Indikatornya laporan masyarakat yang masuk melalui SMS atau Whatapps sudah berkurang banyak dibanding Januari lalu,” jelas Prabang.

Prabang menjelaskan mikroba yang dimasukkan ke dalam mesin setiap hari sejumlah 60 liter. “Penambahan mikroba akan dilakukan jika ada laporan soal bau. Saat ini mikroba yang dimasukkan masih secara proporsional. Selain mikroba penanganan bau limbah juga dilakukan untuk bangunan fisik yakni menutup saluran air yang masih terbuka dengan beton. Perkembangan penanganan [fisik bangunan] ini sudah mencapai 85 persen. Sisa waktu dua pekan ini akan dimaksimalkan.”

Prabang menegaskan apabila bau yang keluar seperti kopi maka bau limbah sudah netral dan bukan dari H2S sehingga sudah netral. “Upaya jangka panjang menghilangkan bau adalah dengan menanam pohon kenanga, kantil, dan kemuning di lingkungan pabrik dan lingkungan luar pabrik.”

Advertisement

Kepala DLH Sukoharjo, Djoko Sutarto, mengatakan menggandeng Masyarakat Lingkungan Hidup (MPL) untuk memantau bau limbah. “Frekuensi bau sudah berkurang. Kami menggandeng MPL dan Muhammadiyah untuk memantau perkembangan bau limbah pabrik PT RUM. Yang jelas sudah ada progres penanganan bau.”

Sementara itu, salah seorang warga Gupit, Sigit, mengaku masih mencium bau menyengat sejak demo Januari lalu.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif