Jogja
Senin, 5 Februari 2018 - 21:40 WIB

Nelayan Depok Galau soal Penataan TPI

Redaksi Solopos.com  /  Bhekti Suryani  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Reruntuhan bangunan rumah makan di pantai Depok, Desa Parangtritis yang rusak paska diterpa abrasi, Selasa (6/6/2017). (Arief Junianto/JIBI/Harian Jogja)

Penataan jangan sampai merugikan nelayan.

Harianjogja.com, BANTUL–Wacana penataan tempat pelelangan ikan (TPI) Pantai Depok untuk merespons keberadaan jalur jalan lintas selatan (JJLS) dan menghindari abrasi sudah didengar oleh nelayan Pantai Depok. Mereka mengeluhkan hasil penataan-penataan sebelumnya dan berharap penataan terbaru tidak lagi merugikan nelayan.

Advertisement

Ketua nelayan Pantai Depok Mina Bahari 45 Tarmanto mengatakan seluruh nelayan sudah mendengar wacana penataan TPI Depok. Mereka berharap penataan kali ini dilakukan dengan masterplan yang benar-benar disepakati oleh pengelola TPI dan warung makan. “Kalau ada peluang lebih bagus saat JJLS jadi, kami setuju ditata dengan berembug dulu. Jangan seperti penataan sebelumnya yang menurunkan pendapatan kami,” kata Tarmanto, Senin (5/1/2018).

Tarmanto mengatakan sudah berkali-kali TPI Depok maupun warung ditata oleh Pemkab, namun semua penataan tersebut berakhir terbengkalai. Artinya, pendapatan pedagang ikan dan warung makan menurun drastis. Menurut Tarmanto, penurunan pendapatan disebabkan karena pasar ikan yang semula ada di pesisir kemudian digeser ke utara. Nelayan berharap, penataan nantinya tetap memberi kesempatan warung-warung untuk menghadap ke pantai.

Taemanto menambahkan, sewaktu pasar ikan masih terletak di pesisir, orang yang berjalan-jalan di pesisir akan langsung tertarik untuk beli ikan karena lebih dekat dan bisa sambil memandangi pantai. “Setelah digeser ke utara sedikit, langsung terasa penurunan pendapatan,” kata Tarmanto.

Advertisement

Sementara itu, Plt Kepala Dinas Pariwisata Bantul Kwintarto Heru Prabowo mengatakan penataan TPI Depok mendesak dilakukan. Selain untuk memecah keramaian kendaraan akibat JJLS nanti, abrasi Pantai Depok dinilai terparah setelah Pantai Kwaru. “Harus digeser ke utara, karena abrasinya itu parah, nanti membahayakan,” kata Kwintarto.

Selain itu, Kwintarto mengatakan, banyaknya pasar ikan dan warung-warung yang menghadap ke pantai menghalangi pemandangan wisatawan ke pantai. Jarak antara warung dan pasar dengan bibir pantai juga sangat sempit dan dinilai membahayakan. “Nanti penataan pastinya juga akan ditelaah dulu. Mana masterplan yang paling menguntungkan buat nelayan,” kata Kwintarto.

Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif