Jogja
Jumat, 2 Februari 2018 - 14:20 WIB

LRT Jogja akan Membentang dari Tempel ke Parangtritis lalu NYIA

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Pengendara melintas di samping proyek Light Rail Transit (LRT) yang ditutup terpal karena roboh di Jalan Kayu Putih Raya, Pulogadung, Jakarta, Senin (22/1/2018). (JIBI/Solopos/Antara/Galih Pradipta)

Pemerintah Daerah (Pemda) DIY mulai merintis pembangunan light rapid transit (LRT)

 
Harianjogja.com, JOGJA–Demi mengurai kepadatan lalu lintas yang kian hari semakin membuat tak nyaman, Pemerintah Daerah (Pemda) DIY mulai merintis pembangunan light rail transit (LRT).

Advertisement

Kepala Dinas Perhubungan DIY Sigit Sapto Rahardjo menegaskan LRT sudah sangat mendesak dihadirkan di Yogyakarta sebagai solusi jitu mengatasi kemacetan.

“LRT menjadi salah satu jalan keluar dari deadlock kemacetan yang bisa saja terjadi di Yogyakarta pada 2025. Menurut saya, ini urgent sekali untuk mengatasi kemacetan,” ucap Sigit di Kompleks Kepatihan, Kamis (1/2/2018).

Rencana ini bukan sebatas wacana. Kajian awal sudah dilaksanakan tahun lalu. Sigit menyatakan, nantinya LRT akan membentang sepanjang 75 kilometer, mulai dari Tempel menuju Kota Jogja lalu melintas ke Sanden, kemudian ke Parangtritis lalu mengarah ke New Yogyakarta International Airport (NYIA).

Advertisement

“Kami manfaatkan jalur kereta yang sudah ada nanti. Di dalam kajian, dari Tempel sampai Kota Yogyakarta dan Bantul akan dibuat elevated supaya tidak menggangu di bawahnya. Apalagi simpang-simpang. dari Sanden ke pantai mungkin bisa datar berapa kilometer. Dari Parangtritis ke NYIA sudah bisa dibuat tidak melayang,” tambah Sigit.

Studi yang telah dirampungkan akan ditindaklanjuti dengan membuat bisnis plan. Rencana tersebut akan dilaksanakan tahun ini, sehingga di tahun 2019 sudah bisa dibuat Detail Engineering Design (DED).

Baru setelah ada DED, Pemda DIY akan membuat skema pembiayaan. Apakah akan mengandalkan APBD atau menggunakan skema Kerja sama Pemerintah dengan Badan Usaha (PKBU).

Advertisement

“Kalau APBD ada keterbatasan anggaran. Pembangunannya nanti tergantung DED. Kalau ada investor, Selatan dulu. Selatan lebih gampang. Lahan yang digunakan lebih banyak di Bantul, hampir 1.500 hektare di sana. Karena dari Yogyakarta ke Parangtritis banyak Bantul. Totalnya memakan lahan 2.500 hektare,” tambah Sigit.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif