Inflasi yang terjadi di Januari 2018 dipicu oleh kenaikan harga beras.
Solopos.com, JAKARTA — Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan sepanjang Januari 2018 indeks konsumen mengalami inflasi sebesar 0,62%. Secara tahun kalender, inflasi awal tahun ini sebesar 0,62% dan inflasi tahun ke tahun 3,25% (yoy)
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kecuk Suhariyanto, Kamis (1/2/2018), mengungkapkan inflasi Januari bersumber dari bahan makanan di mana inflasinya mencapai 2,34% dan andilnya 0,48%.
“Secara kelompok, penyumbang inflasi bahan makanan beras,” ujar Kecuk. Dia menegaskan penyumbang terbesar inflasi Januari 2018 adalah beras dengan andil 0,24%.
Okezone melaporkan berdasarkan hasil pantauan BPS di 82 kota, hampir seluruh komponen pengeluaran mengalami inflasi. Adapun yang tertinggi ada pada kelompok bahan makanan sebesar 2,34% dengan andil 0,48%. Bahan makanan menjadi penyumbang inflasi tertinggi disebabkan oleh kenaikan harga bahan pokok seperti beras, cabai hingga ikan segar.
“Inflasi untuk bahan makanan pada Januari andilnya paling besar yaitu 0,48%. Yang memberikan andil sumbangan inflasi yaitu harga beras, itu merupakan penyumbang terbesar inflasi pada Januari 2018, di mana andilnya 0,24%. Kemudian disusul oleh daging ayam ras 0,07%, ikan segar 0,05%, cabai rawit 0,04%, dan cabai merah 0,03%, dan beberapa sayuran 0,01%. Yang sumbangan deflasi yaitu telur ayam ras dan bawang merah masing2 0,01% andilnya,” jelasnya.
Sedangkan kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau sebesar 0,43% dengan andil 0,08%. Dalam kelompok ini yang memberikan andil tertinggi dari komoditas rokok yang mengalami kenaikan harga.
Untuk perumahan, air, listrik gas dan bahan bakar ada inflasinya sebesar 0,23% dengan andilnya 0,06%. Yang dominan memberikan andil adalah kenaikan upah dari tukang yang bukan mandor, dan Pembantu Rumah Tangga (PRT).
Kelompok sandang inflasinya 0,5% dan andilnya 0,03%. Yang memberikan andil dominan adalah kenaikan emas dan perhiasan di mana andilnya 0,02%. “Ini mengikuti pergerakan harga emas di pasar internasional,” ucap Kecuk.
Kelompok kesehatan dan pendidikan inflasinya rendah dan sumbangannya kecil. Sedangkan untuk kelompok transportasi, komunikasi jasa keuangan mengalami deflasi 0,28% dengan andil 0,05%. Komoditasnya yang memberikan andil adalah penurunan tarif angkutan udara 0,07% dan tarif kereta api. Di komoditas ini juga ada yang menyumbang inflasi yaitu pertamax dan pertalite.
“Dengan demikian, menurut komponen bahwa inflasi 0,62% itu penyebab utamanya adalah harga barang bergejolak (volatile foods) sumbangannya 0,47%, sementara administred price mengalami deflasi 0,15%,” tukasnya.
Dari 82 kota di Indonesia, BPS mencatat 79 kota mengalami inflasi dan 3 kota terjadi deflasi. Inflasi tertinggi terjadi Lampung dan terendah Tangerang. Adapun, deflasi tertinggi terjadi di Jayapura dan terendah di Meulaboh.