Jogja
Rabu, 31 Januari 2018 - 06:20 WIB

Rumah Sakit Perlu Miliki Bank Darah

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - PMI Sleman menggelar kegiatan Evaluasi Pelayanan Unit Transfusi Darah (UTD) dan Pencermatan Draft MoU di Hotel Prima SR, Beran, Tridadi, Selasa (30/1/2018). (Abdul Hamied Razak/JIBI/Harian Jogja)

Palang Merah Indonesia (PMI) Sleman mendorong agar setiap rumah sakit di Sleman bekerjasama memiliki bank darah

Harianjogja.com, SLEMAN– Palang Merah Indonesia (PMI) Sleman mendorong agar setiap rumah sakit di Sleman bekerjasama memiliki bank darah. Kondisi tersebut mendesak dilakukan karena kebutuhan darah di Sleman cukup tinggi.

Advertisement

Wakil Bupati Sleman Sri Muslimatun mengatakan, penyediaan bank darah ini terkait penanganan, kecepatan dan keselamatan pasien. Pasalnya kasus kematian pasien akibat pendarahan cukup tinggi seperti kematian ibu hamil yang didominasi karena terjadi pendarahan.

“Ketika darah itu dibutuhkan, ada dan tersedia di rumah sakit. Sehingga tidak perlu lari-lari ke sana ke mari,” kata Muslimatun dalam acara Evaluasi  Pelayanan Unit Transfusi Darah (UTD) dan Pencermatan Draft MoU di Hotel Prima SR, Beran, Tridadi, Selasa (30/1/2018).

Menurutnya, bank darah sebenarnya merupakan kebutuhan rumah sakit. Bank darah digunakan untuk memberikan pelayanan darah pada pasien yang diambil dari PMI. Ketika ada kondisi kegawat daruratan atau dibutuhkan, darah tersedia dan tidak perlu mencari keluar.

Advertisement

“Ketersedian darah di bank darah juga berdampak langsung pada efisiensi waktu penyelamatan pasien,” ujarnya.

Sementara itu Ketua PMI Sleman Sunartono menjelaskan, rata-rata kebutuhan darah per bulan sebanyak 1.000 kantong. Adapun biaya per kantong sebesar Rp360.000. PMI Sleman tidak melayani pengambilan darah yang dilakukan perorangan melainkan antar lembaga saja (rumah sakit dengan PMI).

Hal ini dimaksudkan untuk memberikan pelayanan prima pada pasien. “Dengan begini, pasien tidak perlu direpotkan dengan persoalan darah sekaligus untuk menjaga kualitas darah,” ujarnya.

Advertisement

Menurutnya, perlakuan terhadap darah juga tidak semua orang paham. Suhu untuk menyimpan darah harus benar-benar dijaga agar kualitasnya tetap baik sehingga membutuhkan tempat khusus untuk menyimpan seperti bank darah.

“Kalau darah diambil langsung oleh keluarga pasien sudah pasti tidak standard dan kualitasnya menurun. Kalau kualitas darah turun dan sampai pada pasien untuk ditransfusikan ya boleh dikata muspro [sia-sia],” katanya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif