News
Rabu, 31 Januari 2018 - 09:15 WIB

PARIWISATA SOLO: Pariwisata Solo Memikat Hati Diaspora Jawa

Redaksi Solopos.com  /  Farida Trisnaningtyas  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Sejumlah wisatawan anggota Paguyuban Ngumpulke Balung Pisah Javanese Diaspora melihat koleksi keris di Museum Keris, Selasa (30/1/2018). (Bayu Jatmiko Adi/JIBI/SOLOPOS)

Wisata Solo menarik orang-orang keturunan Jawa yang tinggal di luar.

Solopos.com, SOLO—Museum Keris, Museum Batik, dan Bengawan Solo menjadi destinasi wisata yang menarik perhatian para wisatawan yang juga anggota Paguyuban Ngumpulke Balung Pisah Javanese Diaspora. Mereka merupakan orang-orang keturunan suku Jawa yang lama tinggal di luar wilayah.

Advertisement

Melihat destinasi wisata yang berkaitan dengan kebudayaan Jawa di Solo menjadi hal sangat menarik bagi mereka. Sherly Timan, salah satu koordinator Javanese Diaspora dari Kaledonia Baru, mengatakan keturunan Jawa yang tinggal di luar Indonesia seperti di Kaledonia Baru selalu ingin belajar budaya Jawa, namun sulit mendapatkan fasilitas. (baca: WISATA SOLO : Menangi Penghargaan dari UNWTO, Website Triponyu Langsung Overload)

“Jadi mereka ini selalu haus akan budaya. Mereka mau belajar gamelan, tari, dalang, tapi tidak ada gurunya,” terang dia, Senin (29/1/2018).

Dia berharap kedatangan mereka ke Solo bisa mengobati rasa haus akan budaya Jawa.

Advertisement

Pada Selasa (30/1/2018) siang, 15 orang anggota Paguyuban Ngumpulke Balung Pisah Javanese Diaspora mengunjungi Museum Keris. Mereka antusias mendengarkan penjelasan pemandu wisata mengenai seluk-beluk keris.

“Ini menarik bagi kami karena belum pernah. Baru menemukan museum khusus keris ya di Solo ini. Kemarin di Jogja tidak menemukan. Kami belum tahu seluk-beluk keris itu seperti apa,” katanya saat ditemui Solopos.com di Museum Keris, Selasa.

Sebelumnya paguyuban ini memang menggelar pertemuan di Jogja. Sebelum ke Museum Keris, mereka mengunjungi Museum Batik dan Bengawan Solo.

“Tadi juga melihat Bengawan Solo. Kami sebelumnya hanya mendengar nama Bengawan Solo dari lagu [karangan Gesang],” tuturnya.

Advertisement

Saking tertariknya mereka bolak-balik melewati jembatan Bengawan Solo di sekitar Taman Satwa Taru Jurug.

“Sudah lewat, kami minta pak sopir balik lagi. Kemudian balik lagi, dan sambil melewati tadi semua menyanyikan Bengawan Solo. Soalnya kalau mau turun bahaya banyak kendaraan,” kata dia.

Hari sebelumnya, Senin, mereka mengunjungi lokasi latihan panahan tradisional, jemparingan, di kompleks Taman Sriwedari. Mereka sempat mencoba melepaskan anak panah dari busur yang terbuat dari bambu dan kayu itu. Kemudian pada malam harinya mereka menikmati pertunjukkan wayang orang di Sriwedari.

“Semua antusias. Meskipun tidak mengerti bahasanya, tapi kami menikmati dan melihat pertunjukkannya sampai akhir, sampai pukul 22.00 WIB,” ujar Sherly.

Advertisement

Sutarmi Kasimin, satu dari anggota Javanese Diaspora, yang juga ikut dalam rombongan mengatakan kesulitan, namun senang.

“Tapi angel ya? Aku ora tau main iki nang kono [Tapi susah ya? Saya tidak pernak memainkan ini di sana,” kata dia yang lancar menggunakan bahasa Jawa ngoko itu. Sutarmi merupakan wanita keturunan Jawa yang lahir di Jakarta.

Ketua Paguyuban Ngumpulke Balung Pisah Javanese Diaspora, Indrata Kusuma Prijadi, mengatakan kedatangan mereka ke Solo adalah melakukan survei sebab pada 2019 mereka berencana menggelar kegiatan di Kota Bengawan.

“Sebelumnya kami sudah melaksanakan kegiatan serupa di Jogja dan kami ingn mencoba menggelar di Solo,” kata dia.

Advertisement

Saat kegiatan di Jogja terdapat sekitar 250 hingga 500 anggota yang tinggal di luar negeri datang. Belum lagi ditambah anggota yang ada di Indonesia. Indrata mengatakan jaringan paguyuban tersebut ada di seluruh dunia, salah satunya di Kaledonia Baru.

Meski sudah tinggal di luar Jawa bahkan  di luar Indonesia, mereka memiliki semangat tinggi untuk melestarikan budaya Jawa.

“Kami sudah menggelar Javanese Diaspora Event setiap dua tahun sekali. Diawali 2014 di Jogja. Berikutnya Agustus 2015 dan pada 17-23 April 2017. Setelah di Jogja, rencana tanggal 20-23 Juni 2019 kami pindah ke Solo. Menindaklanjuti hal itu kami dari Kaledonia melakukan survei sekaligus liburan,” paparnya.

Dia mengatakan banyak warga keturunan Jawa yang tinggal di Kaledonia Baru. Dia menilai Solo cukup eksotis.

“Kami melihat untuk peluangnya, termasuk MICE [meeting, incentive, convention, and exhibition] untuk pariwisata. Solo lebih aksesibel dibanding Jogja. Tingkat delay tidak sebanyak Jogja. Dari Jogja ke Solo juga hanya sekitar 55 menit. Hotelnya juga lebih murah,” terang dia.

Kepala Dinas Pariwisata Solo, Basuki Anggoro Hexa, menyambut baik kedatangan para diaspora tersebut.

Advertisement

“Saat mendengar ada rencana acara Javanese Diaspora di Solo, saya menanti dengan tidak sabar. Silakan menikmati saat berada di Solo, kota yang menjadi pusat kebudayaan Jawa,” terang dia.

Hexa menambahkan kedatangan tamu ke Solo akan mendukung pariwisata di Solo dan bakal berdampak pada perkembangan ekonomi.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif