News
Rabu, 31 Januari 2018 - 00:10 WIB

Menag Ingin Seruan Tentang Ceramah di Rumah Ibadah Digencarkan

Redaksi Solopos.com  /  Adib Muttaqin Asfar  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Menag Lukman Hakim Saifuddin (Kemenag.go.id)

Menag meminta agar seruan tentang ceramah di rumah ibadah kembali digencarkan.

Solopos.com, JAKARTA — Menteri Agama (Menag) Lukman Hakim Saifuddin meminta agar seruannya tentang ceramah di rumah ibadah digencarkan lagi. Saat ini, Menag mengatakan sudah ada sembilan poin seruan yang diharapkan dapat diperhatikan untuk berceramah di rumah ibadah.

Advertisement

“Saya minta seruan Menag tentang ceramah di rumah ibadah ini digencarkan lagi,” kata Menag, dikutip dari laman Kemenag, Selasa (30/1/2018).

Dia melanjutkan. “Mengapa hanya seruan, kita ingin mengedepankan hal terkait dengan ceramah, karena ingin pendekatannya persuasif bukan represif, pendekatan yang ingin kita gunakan persuasif, pendekatannya hanya sebatas seruan.”

Advertisement

Dia melanjutkan. “Mengapa hanya seruan, kita ingin mengedepankan hal terkait dengan ceramah, karena ingin pendekatannya persuasif bukan represif, pendekatan yang ingin kita gunakan persuasif, pendekatannya hanya sebatas seruan.”

Berikut petikan seruan Menag tentang ceramah di rumah ibadah:

Mengingat keberagaman di Indonesia adalah berkah dan anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa yang patut disyukuri, maka menjaga dan merawat persatuan bangsa Indonesia yang beragam ini merupakan keniscayaan.

Advertisement

Dalam rangka menjaga persatuan dan meningkatkan produktivitas bangsa, merawat kerukunan umat beragama, dan memelihara kesucian tempat ibadah, Menteri Agama menyampaikan seruan agar ceramah agama di rumah ibadah hendaknya memenuhi ketentuan sebagai berikut:

1. Disampaikan oleh penceramah yang memiliki pemahaman dan komitmen pada tujuan utama diturunkannya agama, yakni melindungi harkat dan martabat kemanusiaan, serta menjaga kelangsungan hidup dan peradamaian umat manusia.

2. Disampaikan berdasarkan pengetahuan keagamaan yang memadai dan bersumber dari ajaran pokok agama.

Advertisement

3. Disampaikan dalam kalimat yang baik dan santun dalam ukuran kepatutan dan kepantasan, terbebas dari umpatan, makian, maupun ujaran kebencian yang dilarang oleh agama mana pun

4. Bernuansa mendidik dan berisi materi pencerahan yang meliputi pencerahan spiritual, intelektual, emosional, dan multikultural. Materi diutamakan berupa nasihat, motivasi dan pengetahuan yang mengarah kepada kebaikan, peningkatan kapasitas diri, pemberdayaan umat, penyempurnaan akhlak, peningkatan kualitas ibadah, pelestarian lingkungan, persatuan bangsa, serta kesejahteraan dan keadilan sosial

5. Materi yang disampaikan tidak bertentangan dengan empat konsensus Bangsa Indonesia, yaitu: Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan Bhinneka Tunggal Ika.

Advertisement

6. Materi yang disampaikan tidak mempertentangkan unsur SARA (suku, agama, ras, antargolongan) yang dapat menimbulkan konflik, mengganggu kerukunan ataupun merusak ikatan bangsa.

7. Materi yang disampaikan tidak bermuatan penghinaan, penodaan, dan/atau pelecehan terhadap pandangan, keyakinan dan praktek ibadah antar/dalam umat beragama, serta tidak mengandung provokasi untuk melakukan tindakan diskriminatif, intimidatif, anarkis, dan destruktif.

8. Materi yang disampaikan tidak bermuatan kampanye politik praktis dan/atau promosi bisnis.

9. Tunduk pada ketentuan hukum yang berlaku terkait dengan penyiaran keagamaan dan penggunaan rumah ibadah.

Demikian seruan ini agar diperhatikan, dimengerti, dan diindahkan oleh para penceramah agama, pengelola rumah ibadah, dan segenap masyarakat umat beragama di Indonesia.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif