Jogja
Rabu, 31 Januari 2018 - 07:20 WIB

Ada Blood Blue Moon, Nelayan Pantai Depok Tetap Melaut, Ini Pertimbangan Mereka

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Pengunjung Pantai Depok menyerbu salah satu perahu nelayan yang baru saja mendarat, Jumat (30/6/2017). (Arief Junianto/JIBI/Harian Jogja)

Para nelayan di Pantai Depok sudah mendengar terkait antisipasi gelombang pasang akibat Blood Blue Moon

Harianjogja.com, BANTUL– Para nelayan di Pantai Depok sudah mendengar terkait antisipasi gelombang pasang akibat Blood Blue Moon yang diprediksi terjadi Rabu (31/1/2018).

Advertisement

Baca juga : 31 Januari, Fenomena Langka Blue Moon Hadir di Langit Indonesia

Meskipun begitu, mereka berniat tetap melaut. Pasalnya, beberapa hari belakangan ini kondisi gelombang sedang sangat baik untuk melaut setelah sempat dalam kondisi buruk pada Kamis (18/1/2018).

Seorang nelayan pesisir pantai depok, Jumadi, mengatakan sejak Kamis sampai Minggu terjadi peningkatan tinggi gelombang. Akibatnya, jika biasanya ada 30 kapal lebih pergi melaut, waktu itu hanya ada 10 kapal pergi melaut.

Advertisement

Akhir-akhir ini, kondisi gelombang berangsur membaik, hal tersebut digunakan para nelayan untuk menutup kerugian selama empat hari.

Terkait gerhana, Jumadi mengatakan dia dan kawan-kawan nelayan sudah mendengar informasi tersebut. Bahkan mereka sudah melihat melalui smartphone masing-masing terkait imbauan BMKG dan SAR melalui sebuah aplikasi. Namun mereka sepakat memutuskan untuk tetap melaut.

“Biasanya kalau gerhana itu tidak berpengaruh terhadap tinggi gelombang, biasa aja. Biasanya kami gak melaut itu kalau ada angin kencang, seperti saat Minggu kemarin gelombang kecil tapi anginnya kencang,” kata Jumadi.

Advertisement

Meskipun begitu, Jumadi membenarkan bahwa Tim SAR Parangtritis selalu berjaga-jaga di pesisir pantai setiap hari. Mereka pun selalu mengingatkan para nelayan terkait himbauan gelombang tinggi yang sudah diprediksi BMKG. Namun Jumadi menambahkan, keputusan tetap melaut atau tidak tergantung situasi gelombang saat gerhana besok.

Ketua Kelompok Nelayan Mina Bahari 45, Tarmanto, mengatakan nelayan memang memiliki keyakinan masing-masing apakah akan pergi melaut atau tidak saat gelombang mulai naik. Masing-masing memiliki batas toleransi sendiri terhadap tinggi gelombang.

“Tapi biasanya kalau sudah kelihatan gelombang tinggi, ditambah angin kencang, nah baru, spontan dia tidak akan melaut,” kata Tarmanto. Dia mengatakan apabila terjadi kecelakaan laut, biasanya Tim SAR bekerja dengan cepat.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif