Jogja
Senin, 29 Januari 2018 - 12:20 WIB

Srimpi dan Tari Khas Jogja Lainnya Dipentaskan di Abu Dhabi

Redaksi Solopos.com  /  Kusnul Istiqomah  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi Tari Srimpi Pandelori. (JIBI/M. Ferri Setiawan)

Pementasan tarian khas Jogja bagian dari program penuh pertama Museum Louvre Abu Dhabi

Harianjogja.com, JOGJA-Seni tari khas Jogja, macam Klana Raja, Beksan Menak Umarmaya Umarmadi, Wayang Topeng Sekartaji Boyong, Bedhaya Angron Sekar, Beksan Menak Rengganis Widaninggar, dan Srimpi Pandelori, akan dipentaskan di Museum Louvre Abu Dhabi pada 2 dan 3 Februari.

Advertisement

Pementasan ini adalah waktu yang tepat untuk mengenalkan kesenian Bumi Mataram ke Jazirah Arab. Rombongan akan bertolak ke Abu Dhabi, Uni Emirat Arab, pada 29 Januari dengan dipimpin langsung oleh GKR Mangkubumi. Rombongan terdiri dari sembilan penari putri, enam penari putra dan 18 pengrawit. Selain mementaskan tarian, nantinya, beberapa di antaranya akan mengisi lokakarya wayang kertas bagi anak-anak dan lokakarya tari pada 1 Februari.

Ditemui di Bangsal Srimanganti Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat seusai menyaksikan gladi bersih pementasan, Sabtu (27/1/2018), Raja Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat Sri Sultan HB X berharap delegasi bisa sukses menghibur hadirin di Museum Louvre Abu Dhabi. Ia mengaku surprise dengan dipilihnya kesenian khas Kraton.

Sri Sultan HB X berharap pementasan tersebut dapat mengenalkan kesenian khas Jogja ke Timur Tengah. “Sebetulnya di bulan September 2017, wayang kulit juga dipentaskan di Riyadh [Arab Saudi]. Saya harap mereka bisa lebih mengenalkan kesenian Jogja. Karena budaya ASEAN ke Timur Tengah mungkin jarang [dikenal]. Sehingga saya harap setelah ini orang di sana bisa lebih mengenal dan mengapresiasi kesenian Jogja,” ucap Gubernur DIY tersebut.

Advertisement

Pementasan tarian khas Jogja dan sekaligus lokakaryanya adalah bagian dari program penuh pertama Museum Louvre Abu Dhabi, setelah resmi dibuka pada November tahun lalu. Selain tari Jogja, juga akan digelar pertunjukan wayang Korea, Bach Solo oleh Shantala Shivalingappa dan Sonia Wider-Atherton dan lain-lain. Agenda tersebut berlangsung dari Februari hingga Mei 2018.

Robert Van Den Bos dari Anmaro Asia Arts mengatakan, dipilihnya tarian Jogja karena pihak pengelola museum ingin tahu kenapa kesenian di wilayah Asia masih kuat. Oleh karena itu dirinya diminta membawakan satu contoh. Kemudian Robert memutuskan memilih kesenian Jogja, karena seni dan budaya di Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat masih sangat kuat.

“Pertanyaan paling penting adalah bagaimana setelah beberapa ratus tahun seni dan budaya di Jogja masih kuat? Apa itu mistik, diajarin di sekolah kah? Atau dari manusia sendiri atau berasal dari dunia Kraton.  Saya enggak berani menjawab. Karena itu saya minta mereka mendatangkan pelakunya langsung. Supaya bisa melihat sendiri,” tutur Robert.

Advertisement

Pria yang lahir di Manado ini menambahkan, pementasan di Museum Louvre Abu Dhabi bisa menjadi diplomasi budaya untuk mengenalkan Indonesia, dan Jogja khususnya. Ia mengatakan sebagian orang di Abu Dhabi dan Dubai sangat antusias ingin menyaksikan tarian Jogja, sebab mereka belum pernah menyaksikan seni dari Bumi Mataram.

“Setelah ini saya ingin mengundang beberapa akademisi untuk menjelaskan seni Jawa. Tahun depan, orang Abu Dhabi akan saya bawa ke sini, untuk menyaksikan langsung kehidupan Jogja. Di mana di dalam Kraton peraturannya masih sangat ketat dan masyarakatnya cenderung bebas,” jelasnya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif