Sport
Senin, 29 Januari 2018 - 14:07 WIB

Pemerintah Disarankan Beri Subsidi untuk SSB

Redaksi Solopos.com  /  Ahmad Baihaqi  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Presiden Persijap Jepara Esti Puji Lestari memberikan materi dalam Sarasehan SSB yang digelar di Universitas Surakarta (Unsa), Minggu (28/1/2018). (JIBI/Solopos/Moh. Khodiq Duhri)

SSB menjadi wadah untuk mendapatkan bibit potensial di bidang sepak bola.

Solopos.com, SOLO — Presiden Persijap Jepara Esti Puji Lestari menilai sudah saatnya pemerintah menggulirkan subsidi untuk sekolah sepak bola (SSB) yang menjadi wadah pembinaan pesepak bola usia dini.

Advertisement

“Klub profesional sudah tidak perlu disubsidi. Namanya klub profesional, mereka harus usaha mencari dana secara mandiri. Lebih baik subsidi itu dialihkan kepada SSB,” kata Esti saat menjadi pembicara dalam Sarasehan SSB di Universitas Surakarta (Unsa) Palur, Jaten, Karanganyar, Minggu (28/1/2018).

Esti yang juga menjadi pimpinan Yayasan Citra Raga Selaras yang fokus melakukan pembinaan pesepak bola usia dini mengakui mengelola SSB cukup sulit dan rumit. Menurutnya, pembinan pesepak bola usia dini membutuhkan aturan main demi mendulang prestasi.

“Diperlukan perjanjian antara orang tua dan manajemen SSB. Orang tua harus mengizinkan anaknya mengikuti turnamen. Si anak ini juga tidak dipaksa untuk bermain bola sesuai kehendak orang tua. Biarkan keinginan untuk bermain bola itu datang sendiri dari si anak,” kata Esti pada kesempatan itu.

Advertisement

Esti juga menekankan pentingnya membangun motivasi pada siswa SSB. Dia meminta jangan sekali-kali memberi hadiah atau bonus uang kepada siswa SSB yang berprestasi. Menurutnya, bonus uang justru akan mengubah orientasi belajar dari siswa SSB yang bersangkutan.

“Kalau masih junior sudah dibayar, mereka sama halnya dapat gaji. Artinya, kita mempekerjakan anak. Kalau sudah begitu, orientasi belajar mereka berubah. Mereka lebih termotivasi untuk mendapat uang, bukan fokus ke belajar. Sebelum si anak meneken kontrak dengan klub profesional, mereka tidak boleh bicara soal uang,” tegas Esti.

Esti menilai pengelolaan SSB tetap membutuhkan dukungan dana yang memadai. Menurutnya, kebanyakan SSB membebani iuran yang tergolong memberatkan orang tua. Besaran iuran SSB di Jakarta, kata Esti, paling murah Rp2 juta/bulan. Bahkan sebuah SSB di Jakarta dengan brand asal luar negeri mematok iuran hingga Rp8 juta/bulan.

Advertisement

“Tarikan iuran sebesar itu tidak masuk akal. Di Jepara, satu murid ditarik iuran Rp5.000/bulan saja ada yang masih keberatan. Tanpa dana iuran dari orang tua, SSB tidak jalan. Itu sebabnya, sudah saatnya pemerintah memberi subsidi kepada SSB,” jelas Esti.

Selain Esti, Sarasehan itu menghadirkan pembicara dari dosen Pascasarjana Unsa Agus Trihatmoko serta pegiat Forum Supergard dan praktisi Sepak bola SSG Jatim Guntur S. Nugroho. Pada kesempatan itu, Guntur menyampaikan pengalamannya dalam mengelola SSB secara lebih profesional.

“SSB itu sebetulnya menjadi binaan askot/askab PSSI di daerah setempat. Jadi, memang sudah saatnya bila SSB itu mendapat subsidi dari pemerintah,” kata pegiat SSB Pandanaran asal Boyolali, Ahmad Arief, yang menjadi peserta sarasehan.

Advertisement
Kata Kunci : Sepak Bola Junior SSB
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif