Soloraya
Senin, 29 Januari 2018 - 23:15 WIB

DKK Sragen Temukan 1 Kasus Gizi Buruk Disertai Penyakit Jantung di Tanon

Redaksi Solopos.com  /  Suharsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi gizi buruk (JIBI/Solopos/Dok.)

Dinas Kesehatan Kabupaten Sragen menemukan satu kasus anak balita gizi buruk di wilayah Tanon.

Solopos.com, SRAGEN — Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) Sragen menemukan satu kasus gizi buruk yang disertai penyakit lainnya di wilayah Desa Kecik, Kecamatan Tanon, Sragen. Anak perempuan berusia dua tahun penderita gizi buruk itu sempat dirawat di RS dr. Sardjito, Yogyakarta, karena ada penyertaan penyakit jantung.

Advertisement

“Kasus di Tanon itu bukan gizi buruk murni tetapi gizi buruk yang disertai penyakit lainnya. Selama ini ya hanya ada satu kasus itu. Pada 2017 lalu tidak ada kasus gizi buruk,” ujar Kabid Kesehatan Masyarakat DKK Sragen, Pratondo, saat ditemui wartawan, Minggu (28/1/2018).

Pratondo menjelaskan kasus gizi kurang ada tapi ia tidak hafal datanya karena tersimpan di Kantor DKK Sragen. Kasus itu termasuk stunting akibat kekurangan asupan gizi.

Petugas Gizi Puskesmas Tanon I, Hatmono, saat ditemui Solopos.com, Minggu, menjelaskan anak penderita gizi buruk dengan penyertaan penyakit jantung itu sebenarnya asli Jogja karena orang tuanya tinggal di Jogja. Dia mengatakan anak itu hanya tinggal sementara, hanya beberapa bulan, di rumah simbahnya di Tanon. “Selain anak itu tidak ada kasus lagi. Nama anak itu Aisyiyah,” tuturnya.

Advertisement

Hatmono mencatat selain kasus gizi buruk itu ada lima kasus gizi kurang di Tanon yang tersebar di Desa Jono, Gawan, Padas, dan Tanon. Dia menjelaskan kasus gizi kurang itu berkaitan dengan indeks berat badan dan tinggi badan.

“Kasus yang muncul di Tanon itu rata-rata karena pola makan yang kurang perhatian karena di tinggal boro atau bekerja di pabrik. Biasanya anak-anak penderita gizi kurang itu tinggal bersama simbah,” tuturnya.

Hatmono sudah mengantisipasi dengan pemberian makanan tambahan setiap bulan sekali lewat pelayanan posyandu. Di pos tersebut, kata dia, petugas memberi penyuluhan gizi dan pantauan terhadap anak balita yang kurang gizi.

Advertisement

Di sisi lain, Ketua II Persatuan Ahli Gizi Indonesia (Persagi) Sragen, Ismiyardi, menekankan untuk mengatasi permasalahan kekurangan gizi pola asuh terhadap bayi dan anak balita harus diperhatikan sejak masih dalam kandungan. Dia mengatakan supaya tidak muncul gejala kekurangan gizi, salah satunya stunting.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif