Jogja
Sabtu, 27 Januari 2018 - 15:20 WIB

Alat Deteksi Dini Bencana Tsunami di Parangtritis Diujicoba, Sirine Tak Berbunyi

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Uji coba EWS tsunami di kantor Pusdalops BPBD Bantul, Jumat (26/1/2018) tepat pukul 10.00 WIB. (Harian Jogja/Rheisnayu Cyntara)

Early Warning System (EWS) untuk peringatan bahaya dini potensi tsunami di Kabupaten Bantul belum optimal

 
Harianjogja.com, BANTUL— Tengah diperbaharui, Early Warning System (EWS) untuk peringatan bahaya dini potensi tsunami di Kabupaten Bantul belum optimal.

Advertisement

Hal itu terlihat saat uji coba serentak yang dilakukan pada tanggal 26 setiap bulannya pukul 10.00 WIB. Kali ini, sirine tidak menyala dan peringatan bahaya lewat suara juga tidak terdengar jelas.

Komandar SAR Parangtritis, Ali Joko Sutanto mengakui pada saat uji coba sirine tidak menyala. Tidak ada tanda peringatan apapun yang terdengar dari togor-togor yang berdiri di sepanjang kawasan pantai ataupun yang terintegrasi dengan soundsystem masjid.

Advertisement

Komandar SAR Parangtritis, Ali Joko Sutanto mengakui pada saat uji coba sirine tidak menyala. Tidak ada tanda peringatan apapun yang terdengar dari togor-togor yang berdiri di sepanjang kawasan pantai ataupun yang terintegrasi dengan soundsystem masjid.

Bahkan, peringatan bahaya yang disampaikan melalui TOA juga tidak terdengar jelas. “Sirinenya mati,” ujarnya, Jumat (26/1/2018).

Kondisi di kantor Pusdalops BPBD Bantul, juga tak jauh berbeda. Di ruang kendali alat, laporan dari beberapa titik pantau menyatakan ada kendala.

Advertisement

Aka menjelaskan EWS tsunami yang dimiliki oleh Kabupaten Bantul menggunakan sistem Radio Pancar Ulang (RPU) seperti yang digunakan untuk handie-talkie (HT). Karena sudah lama dan togor sudah berkarat serta keropos, maka pada Oktober lalu alat tersebut diperbaharui.

Selain itu, lokasinya pun digeser sekitar 1-2 meter dari titik yang lama. Oleh sebab itu dalam beberapa bulan terakhir, Aka mengakui masih ada permasalahan yang sering terjadi. Pasalnya selain alatnya baru, sistemnya pun ditingkatkan (upgrade). “Kadang masih mati jika aliran listrik terganggu. Padahal genset belum dipindahkan dari lokasi lama,” ucapnya.

Sementara, untuk menguji coba alat baru, Aka menyebut hanya bisa dilakukan sekali setiap bulan yakni setiap tanggal 26. Kecuali bulan Mei pada tanggal 27. Sebab uji coba tersebut dilakukan secara serentak di seluruh wilayah Indonesia.

Advertisement

Oleh sebab itu, penyesuaian alat dan sistem yang baru tidak bisa dilakukan dengan cepat. Bahkan menurutnya sudah dua bulan terakhir, yaitu Desember dan Januari, aktivasi alat gagal dilakukan.

“Ini dalam rangka uji coba kualitas juga. Apakah data jangkau alat yang baru ini lebih baik atau buruk dari yang lama,” imbuhnya.

Lebih lanjut Aka menambahkan kendali EWS tsunami Ada di kantor Pusdalops. Saat alat tersebut diaktivasi, maka sinyal bahaya akan dikirim melalui RPU untuk dipancarkan ke 29 togor yang tersebar di sepanjang pesisir pantai Bantul.

Advertisement

Sinyal tersebut akan menyalakan sirine tanda bahaya. Selain itu, petugas di kendali utama Pusdalops dapat memberikan pengumuman yang disiarkan lewat TOA yang terpasang di togor yang berisi langkah-langkah yang harus dilakukan warga setelah mendengar bunyi sirine.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif