Jogja
Jumat, 26 Januari 2018 - 23:40 WIB

Mice Jadi Penyelamat Hotel di Jogja saat Low Season

Redaksi Solopos.com  /  Bhekti Suryani  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Grafis Mice Mart 2017 (Mahfud B/Wisnu P/JIBI/Solopos)

Okupansi hotel menurun memasuki low season.

Harianjogja.com, JOGJA–Okupansi hotel bintang memasuki masa low season. Namun, potensi penyelenggaraan meeting, incentives, conference and exhibition atau Mice menjadi penopang bisnis perhotelan pada masa ini.

Advertisement

Marketing and Communications Manager The Phoenix Hotel Jogja, Wiwied A. Widyastuti mengungkapkan pada awal tahun, okupansi untuk kamar cenderung sepi. Selain memasuki masa low season, juga banyaknya hotel yang tumbuh di Jogja kian meramaikan pasar bisnis ini.

“Saat ini, okupansi kami sudah mencapai 55 persen. Namun untuk rate-nya lebih tinggi dari tahun lalu,” ujar Wiwied, Jumat (26/1/2018).

Wiwied mengatakan meski okupansi relatif rendah, namun hotel bintang lima ini masih mempertahankan harga kamar pada tarif yang lebih baik. Bahkan, harga kamar pada tahun lalu lebih rendah dari tahun sebelumnya.

Advertisement

Lebih lanjut Wiwied mengakui dibandingkan okupansi kamar, untuk Mice relatif lebih baik trafiknya. Sehingga untuk Mice cukup membantu bisnis hotel tertua di Jogja ini di tengah masa low season. “Namun demikian, untuk tamu kami masih lebih tinggi, karena kebanyakan tamu kami dari mancanegara dengan porsi 60 persen,” ungkap Wiwied.

Hal senada juga disampaikan Marketing and Communications Manager Royal Ambarrukmo Yogyakarta Hotel, Khairul Anwar. Awang, demikian biasa disapa mengatakan okupansi hotel bintang lima ini di Januari sementara sekitar 59%. Namun, sepekan ini kegiatan pertemuan nasional salah satu korporasi yang cukup mendongkrak okupansi kamar. “Okupansi sampai 90 persen dengan adanya kegiatan korporasi tersebut,” ungkap Awang.

Awang mengakui selama Januari penyelenggaraan Mice banyak digelar dan memenuhi hampir seluruh ruang meeting di hotel ini. Kebanyakan pertemuan yang dilakukan digelar oleh sejumlah korporasi swasta.

Advertisement

“Kalau dari trennya, meeting dari korporasi biasanya lebih sering digelar oleh korporasi swasta. Dari pemerintahan sepertinya masih belum ada kegiatan. Selain itu, kegiatan pernikahan juga turut mendorong,” imbuh Awang.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif