Soloraya
Jumat, 26 Januari 2018 - 10:00 WIB

Kisah Perjalanan Kursi Seng Sunardi Wonogiri hingga Jadi Properti Model Korsel

Redaksi Solopos.com  /  Rini Yustiningsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Sunardi duduk di kursi gembreng miliknya (Kiri) - Model cilik Korsel berfoto dengan kursi Sunardi. (Rudi H/JIBI/Solopos/Instagram)

Kursi seng kembali ngehits setelah jadi viral di medsos.

Solopos.com, WONOGIRI — Kursi seng Kismantoro-Wonogiri kembali ngehits dan jadi viral setelah digunakan sebagai properti dalam pemotretan model cilik beken Korea Selatan (Korsel), Lee Eun Chae.

Advertisement

Sunardi turut bangga karena kursi bekas yang pernah menjadi aset usahanya sekarang dikenal banyak orang setelah dikabarkan sampai di Korea Selatan. Lelaki paruh baya warga Crabak RT 003/RW 003, Gambiranom, Kismantoro, Wonogiri itu masih seperti tak percaya kursi bekas bertuliskan Sekar-Tanjung, Kismantoro itu dipakai sebagai properti sebuah pemotretan di luar negeri, kabarnya Korea Selatan.

Sekar Tanjung merupakan nama usaha persewaan alat pesta milik bapak dua anak itu. Sunardi mengetahui kursi tersebut digunakan untuk properti pemotretan di luar negeri dari foto yang beredar luas belakangan ini. (Baca: Model Cilik Korsel Jadikan Kursi Wonogiri Buat Properti)

Advertisement

Sekar Tanjung merupakan nama usaha persewaan alat pesta milik bapak dua anak itu. Sunardi mengetahui kursi tersebut digunakan untuk properti pemotretan di luar negeri dari foto yang beredar luas belakangan ini. (Baca: Model Cilik Korsel Jadikan Kursi Wonogiri Buat Properti)

“Awalnya saya ragu apa betul kursi itu punya saya dulu. Setelah saya perhatikan detail warna dan tulisannya ternyata sama dengan kursi punya saya dulu,” kata Sunardi saat dihubungi Solopos.com, Kamis (25/1/2018).

Dia menceritakan dirinya dulu membeli kursi gembreng seharga Rp13.000/unit sebanyak 300 unit sebelum 1998 tak lama setelah membuka usaha persewaan perlengkapan hajatan. Aset kursinya bertambah hingga mencapai 1.000 unit seiring berkembangnya usaha. Seluruh kursi dicat dengan warna sama, yakni hitam pada kerangka dan oranye pada sandaran dan lempengan di bagian dudukan.

Advertisement

“Dahulu kursi itu laris. Sejak enam tahun lalu tidak ada yang mau menyewa kursi seperti itu lagi. Orang lebih memilih kursi lipat atau kursi plastik. Akhirnya semua kursi saya simpan di gudang,” ulas suami Siti Samsiyah, 49 itu.

Jual Kursi

Sekitar satu setengah tahun lalu Sunardi menjual kursi tersebut kepada Misni, warga Gesing RT 002/RW 001, Desa Gesing, Kismantoro. Lelaki tersebut memiliki pekerjaan suka membeli barang bekas. Sunardi menjual 740 unit seharga Rp30.000/unit-Rp35.000/unit tergantung kondisi kursi.

Advertisement

Sebanyak 10 unit lainnya tetap disimpan untuk kenang-kenangan. Kursi itu menjadi saksi bisu perjuangan Sunardi merintus usaha persewaan perlengkapan pesta. Misni memberitahu Sunardi bahwa kursi-kursi itu dijual kepada pengepul di Bali.

“Selanjutnya kursi saya dijual ke luar negeri atau bagaimana saya kurang tahu. Kalau sekarang kabarnya sampai di Korea ya saya ikut senang. Enggak nyangka malah sudah sampai ke luar negeri,” ujar Sunardi lalu tertawa.

Misni, 43, mengatakan seluruh kursi bekas yang dibelinya dari Sunardi bersama barang bekas lainnya dijual kepada pengepul barang bekas di Bali. Pengepul tersebut menjual lagi kepada pemesan di luar negeri. Biasanya barang bekas dari Indonesia untuk properti kafe, taman, dan sebagainya. Menurut dia tidak mustahil barang bekas yang dijualnya sampai ke Korea, karena pasar pengepul di Bali memang sampai ke berbagai negara.

Advertisement

“Turut senang ternyata barang bekas yang pernah saya beli jadi properti yang menarik di luar negeri,” kata dia.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif