Jogja
Jumat, 26 Januari 2018 - 11:20 WIB

Diberi Nama Rahayu, Elang Ular Bido Dilepasliar di Hutan Menoreh

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Salah satu burung pemangsa berjenis Elang Ular Bido (Spilornis cheela) yang akan dilepasliarkan oleh Balai Konservasi dan Sumber Daya Alam (BKSDA) Jogja bersama sejumlah organisasi yang bergerak di bidang konservasi satwa liar dan pemerhati lingkungan, Kamis (25/1/2018). (Uli Febriarni/JIBI/Harian Jogja)

Balai Konservasi dan Sumber Daya Alam (BKSDA) Jogja bersama sejumlah organisasi yang bergerak di bidang konservasi satwa liar dan pemerhati lingkungan, melepasliarkan Elang Ular Bido

 
Harianjogja.com, KULONPROGO- Balai Konservasi dan Sumber Daya Alam (BKSDA) Jogja bersama sejumlah organisasi yang bergerak di bidang konservasi satwa liar dan pemerhati lingkungan, melepasliarkan Elang Ular Bido (Spilornis cheela) dan Alap-Alap Sapi (Falco moluccensis) di kawasan Gunung Tumpeng, Dusun Gunung Kelir, Desa Jatimulyo, Kecamatan Girimulyo, Kamis (25/1/2018).

Advertisement

Perjalanan menuju lokasi pelepasliaran cukup terjal dan menanjak. Air yang meresap pada tanah bercampur batu kapur membuat jalan licin, bagi pecinta treking tentu akan dimanjakan dengan pemandangan hijau dan ribuan pepohonan berkambium yang ditemui sepanjang perjalanan. Walaupun kemudian, harus menemui jalan setapak yang bertepian dengan jurang.

Di sana, Rahayu, sang elang ular bido telah menunggu, tatapannya tajam dan gadis itu seakan tak terbiasa melihat kerumunan orang mendekati kandang habituasinya. Sehingga pada akhirnya, para wartawan hanya diperbolehkan berada dalam jarak sekitar 10 meter dari kandang yang terbuat dari kawat dan berangka bambu itu.

Rahayu telah direhabilitasi di site Wildlife Rescue Centre (WRC) Jogja sejak 2014. Dan hari itu, ia tak dilepasliar sendirian. Ada lagi seekor Alap-alap Sapi. Setelah direhabilitasi dan diobservasi, kesehatan dan perilaku kedua satwa itu direkomendasikan untuk kembali ke alam liar.

Advertisement

Waktu Rahayu telah tiba, pintu kandang telah terbuka. Ia seharusnya bisa mudah saja keluar dan mengepakkan sayapnya yang kokoh itu di bentangan langit yang biru ceria pagi itu. Namun ia galau, sejenak bulunya berdiri setelah melihat seekor anjing berjalan di salah satu sisi tebing perbukitan Gunung Kelir itu.

Ketika anjing itu berlalu, Rahayu memberanikan diri untuk melaju dan menerabas batas pintu kandang. Ya, akhirnya Rahayu bebas. Sejumlah orang yang ikut mengantarnya lepas liar bersorak-sorai. Seiring menghilangnya tubuh Rahayu dari balik rindangnya pepohonan dan menjadi kelip hitam di angkasa.

Melongok ke bawah, sejumlah orang membawa kotak berwarna coklat terang berjalan perlahan. Sampai di ketinggian, mereka menjejakkan kotak dan langsung membuka salah satu pintu. Ada sayap lain yang ikut bebas, sayap itu tak lain milik Alap-alap sapi yang telah direhabilitasi sejak 2013.

Advertisement

Ia bernasib baik hari itu, seperti Rahayu. Ia kembali ke menatap keluasan langit, dan menyisipi putihnya awan dengan sayap-sayapnya.

“Kedua burung itu sudah direhabilitasi dan diobservasi di WRC selama 3-4 tahun. Secara medis, kesehatan kedua burung itu dalam kondisi bagus tidak ada penyakit, perilakunya juga sudah laik untuk dilepasliarkan,” kata dokter hewan WRC Jogja, Randy Kusuma.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif