Soloraya
Jumat, 26 Januari 2018 - 22:35 WIB

CAGAR BUDAYA SOLO : Keraton Kasunanan Perlu Identifikasi Menyeluruh untuk Hindari Bangunan Runtuh

Redaksi Solopos.com  /  Suharsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Atap pringgitan Dalem Suryohamijayan di Kompleks Keraton solo runtuh kamis (24/1/2018) pagi. (Nicolous Irawan/JIBI/SOLOPOS)

BPCB Jateng merekomendasikan agar bangunan Keraton Solo diidentifikasi secara menyeluruh.

Solopos.com, SOLO — Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Tengah menilai perlu dilakukan identifikasi menyeluruh dan inventarisasi secara total terhadap kondisi bangunan Keraton Solo mengingat sudah ada beberapa bangunan peninggalan dinasti Mataram yang mulai ambruk.

Advertisement

Seperti diketahui, dalam dua pekan terakhir ada dua bangunan di Kompleks Keraton Solo yang ambruk. Pada Senin (15/1/2018) malam, tembok pagar Dalem Prabuwinatan ambruk diikuti sebagian tembok bangunan sentral listrik yang berbatasan dengan Dalem Prabuwinatan.

Pada Kamis (25/1/2018), atap pringgitan Dalem Suryohamijayan juga runtuh. Dalem Suryohamijayan dibangun Paku Buwono (PB) IV sekitar abad ke-17 yang kini sudah dimiliki keluarga Kalitan dan Cendana (mantan Presiden Suharto).

Selain Dalem Suryohamijayan, dalem pangeran yang kini juga dimiliki keluarga Cendana adalah Dalem Ngabeyan yang juga berada di dalam Beteng Baluwarti. Dalem Ngabeyan juga dalam kondisi rusak.

Advertisement

Baca:

Tembok Keraton Solo Runtuh, Ini Penjelasan Mbak Moeng

Atap Dalem Suryohamijayan Kompleks Keraton Solo Ambruk

Di luar Beteng Baluwarti, ada beberapa dalem pangeran peninggalan PB X, di antaranya Dalem Joyokusuman, Dalem Kusumobratan, dan Dalem Hadiwijayan. Ketiganya di wilayah Kelurahan Gajahan.

Advertisement

Hanya Dalem Joyokusuman saat ini dalam kondisi baik karena baru saja direvitalisasi oleh pemerintah. Dalem Kusumobratan sudah runtuh hanya menyisakan beberapa bagian tembok.

Sementara itu, bangunan di dalam tembok Keraton yang kondisinya kini memprihatinkan antara lain kompleks Keputren, Kraton Kilen, bangunan garasi dan sentral listrik. “Itu yang di dalam Keraton, kalau yang di luar keraton tapi masih di Baluwarti ada Dalem Prabuwinatan yang kini dalam kondisi rusak,” kata juru bicara salah satu kerabat Keraton Solo, K.P.Bambang Pradotonagoro.

Sasana Mulyo yang saat ini masih ditempati salah satu putra Paku Buwono (PB) XII, K.G.P.H. Dipokusumo, juga rusak di beberapa bagian bangunan terutama atap yang mulai bocor. Belum lama ini, Dipokusumo juga menyebut bangunan di dalam kompleks Keputren masuk dalam prioritas kawasan yang akan direvitalisasi tahun ini.

Putri PB XIII, G.K.R. Timoer Rumbai Kusuma Dewayani, akhir tahun lalu juga memberikan gambaran seputar kondisi Keputren yang kini tak lagi layak ditinggali. Di antara bangunan keraton yang rusak, BPCB begitu menyoroti tingkat kerusakan di kompleks Kraton Kilen. Kraton Kilen berada di sisi barat Keraton dekat SMP Kasatriyan.

Advertisement

“Bisa dilihat pintu gerbang dan tembok bangunannya sudah mulai rapuh bahkan miring di beberapa bagian. Bagi kami itu sudah dalam kategori membahayakan. Coba kalau tiba-tiba ambruk seperti yang di bangunan sentral, khawatirnya menimpa pengguna jalan,” kata Pengkaji BPCB Jateng, Wahyu Broto Raharjo, saat berbincang dengan Solopos.com saat meninjau bangunan Dalem Suryohamijayan, Jumat (26/1/2018).

Disinggung mengenai dua bangunan di Keraton yang runtuh, Broto sapaannya pun menyebut hal itu wajar mengingat usia apalagi tembok bangunan Keraton yang tebalnya 30 sentimeter dulu dibangun tanpa perkuatan. “Maka sebenarnya perlu identifikasi secara menyeluruh. Harapan kami segera, agar satu per satu bangunan rapuh bisa diusulkan untuk direvitalisasi.”

Selain karena usia dan tanpa pertulangan, kawasan keraton saat ini sudah mengalami banyak perubahan mengikuti perkembangan zaman. Salah satu wacana yang pernah muncul di tingkat kementerian untuk pelestarian kawasan Keraton Solo adalah penataan kawasan cagar budaya yang bebas dari kendaraan.

Kendaraan yang melintasi bangunan Keraton akan memicu getaran dan akan berpengaruh pada kekuatan tembok tua tersebut. Penataan model ini sedianya dilakukan setelah revitalisasi fisik bangunan keraton selesai, serta tidak hanya di Keraton Solo tapi juga Pura Mangkunegaran.

Advertisement

“Jadi rencana yang pernah kami dengar seperti itu. Dari kawasan Gladak kemudian masuk jalur di dalam Beteng Baluwarti ini bebas kendaraan, hanya untuk jalur pedestrian. Namun itu akan mempertimbangkan banyak hal, salah satunya kepentingan warga Baluwarti yang punya kendaraan.”

Sementara itu, terkait ambruknya atap pringgitan Dalem Suryohamijayan, BPCB Jateng masih melakukan identifikasi. Apa pun hasil identifikasi, BPCB memastikan akan memberikan rekomendasi kepada pemilik rumah untuk merehabilitasi bangunan karena dalem itu adalah bangunan cagar budaya yang harus dilestarikan.

Broto menjelaskan bangunan Dalem Suryohamijayan berarsitektur Jawa dengan dominasi struktur kayu. Struktur kayu menjadi salah satu kelebihan karena satu bagian bangunan dengan bangunan yang lain bisa dilepas. Namun, BPCB masih mengidentifikasi pusat kerusakan bangunan.

Mereka menduga pusat kerusakan ada pada belandar sisi utara yang berbatasan dengan pintu utama masuk bagian dalem ageng. “Sampai hari ini belum kami apa-apakan karena informasi dari penghuni sesekali masih terdengar suara krek…krek…dari dalam bangunan tersebut. Jadi bagian-bagian rumah terutama tembok, pintu, dan saka yang sudah miring harus segera diberi bambu penyangga.”

Untuk penanganan selanjutnya, Broto memberikan petunjuk agar genting pada bangunan itu diturunkan semua terlebih dahulu. Kayu-kayu mulai dari belandar, usuk, saka, juga semuanya dilepas satu per satu, kemudian dipilah sesuai fungsinya.

Bahan yang masih baik bisa dipakai lagi. Setelah semua material diturunkan, proses rehabilitasi atau rekonstruksi bisa segera dilakukan.

Advertisement

Rekonstruksi perlu merujuk bentuk asli bangunan. Sama seperti rencana rekonstruksi bangunan sentral dan pagar Dalem Prabuwinatan, BPCB masih mencari literatur yang memuat bentuk asli bangunan.

“Bentuk asli itu meliputi ukuran, teknologi, dan bahan. Suryohamijayan ini didominasi bahan kayu, jadi prediksi kami proses yang akan memakan waktu lama adalah pada pengadaan kayu.”

Rekayasa teknik juga bisa dilakukan namun harus tetap mengikuti kaidah pelestarian. “Seperti tembok Cepuri yang runtuh itu, nanti juga perlu diberi perkuatan tapi struktur perkuatan itu kami kamuflasekan, perkuatan kami letakkan di tengah-tengah, jadi nanti tidak terlihat.”

Penghuni Dalem Suryohamijayan, Ambar, menyampaikan selama puluhan tahun belum pernah ada perbaikan terhadap bangunan tersebut. “Oleh bapak saya dulu, perbaikan hanya sifatnya tambal sulam. Ada rusak sedikit, diperbaiki sebisanya,” kata Ambar.

Kebetulan orang tua Ambar adalah penjaga Dalem Kalitan yang kemudian dipasrahi untuk menjaga Dalem Suryohamijayan.

 

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif