Jogja
Kamis, 25 Januari 2018 - 19:20 WIB

Sejumlah Penyakit Menghambat Program Sapi Bunting di Gunungkidul

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Sejumlah anggota tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) DIY sedang melakukan pantuan di peternakan sapi di Desa Bejiharjo, Kecamatan Karangmojo, Senin (21/8/2017). (JIBI/Irwan A. Syambudi)

Dinas Pertanian dan Pangan, Gunungkidul memulai kembali sosialisasi Inseminasi Buatan

Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL–Dinas Pertanian dan Pangan, Gunungkidul memulai kembali sosialisasi Inseminasi Buatan (IB) melalui Upaya Khusus Sapi Indukan Wajib Bunting (UPSUS SIWAB).

Advertisement

Kepala Bidang Peternakan Dinas Pertanian dan Pangan, Gunungkidul, Suseno Budi Sulistiyanto mengatakan target atau jatah tahun ini menurun.

“Target 45.000 penerima atau akseptor IB, tahun ini. Tahun kemarin realisasinya sekitar 42.000,” ujarnya, Rabu (24/1/2018).

Sebelumnya Kepala seksi kesehatan hewan dan kesmavet bidang peternakan, Dinas Pertanian dan Pangan, Gunungkidul Retno Widiastuti ada beberapa penyakit yang perlu diwaspadi terkait reproduksi, yang terkadang menganggu program UPSUS SIWAB.

Advertisement

“Yang pertama hipofungsi ovarium dimana terjadinya penurunan fungsi ovarium/ hormon kesuburan pada ternak. Otomatis tidak bisa bersiklus dengan itu, penyebabnya tidak hanya pakan tetapi juga nutrisi atau gizi itu,” ujarnya.

Yang kedua yaitu silent hit biasanya sapi tidak menunjukan gejala, sulit melihat ciri-cirinya. Tidak terlihat dari luar, tetapi dalamnya jika dilihat dalamnya baru tahu. Ia mengatakan banyak peternak yang tidak menyadari hal itu.

Selain itu juga hipofungsi, dimana ada semacam kebiasaan peternak nyapih pedetnya lebih dari empat bulan. Dikatakan oleh Retno, hal tersebut menyebabkan indukan memikirkan anakan pedetnya, tidak untuk reproduksi lagi.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif