Kolom
Kamis, 25 Januari 2018 - 05:00 WIB

GAGASAN : Kembalikan Fungsi KONI dan KOI

Redaksi Solopos.com  /  Ichwan Prasetyo  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Pebulu tangkis ganda putra Marcus Fernaldi Gideon (kiri) dan Kevin Sanjaya Sukamuljo di Pelatnas PBSI, Jakarta, Jumat (12/5/2017). (Antara/Rosa Panggabean)

Gagasan ini dimuat Harian Solopos edisi Rabu (11/10/2017). Esai ini karya Abdul Aziz Hakim, praktisi dan akademisi keolahragaan yang merupakan alumnus Pascasarjana Ilmu Keolahragaan Universitas Sebelas Maret. Alamat e-mail penulis adalah aahakim898@gmail.com.

Solopos.com, SOLO–Beberapa hari terakhir mengemuka berita tentang pembubaran Satuan Pelaksana Program Indonesia Emas (Satlak Prima) oleh Menteri Pemuda dan Olahraga. Menurut saya ini berita yang menarik.

Advertisement

Setelah berjalan sejak diterbitkannya Peraturan Presiden No. 22/2010, Satlak Prima ternyata dianggap belum mampu mengakselerasi prestasi olahraga Indonesia. Sesuai Peraturan Presiden No. 15/2016 tentang Perubahan Peraturan Presiden No. 22/2010, Satlak Prima dibentuk agar bisa mengakselerasi prestasi olahraga Indonesia di tingkat internasional.

Ternyata yang terjadi tidak sesuai harapan. Pemerintah memutuskan membubarkan Satlak Prima. Sebagai akademisi keolahragaan, saya menilai dinamika kebijakan pembinaan olahraga prestasi biasa terjadi di negara berkembang.

Kita harus arif dan bijaksana menyikapi hal ini karena bisa jadi ini adalah salah satu proses pembangunan prestasi olahraga nasional yang sedang mencari bentuk yang cocok. Perubahan-perubahan program seperti ini lazim terjadi untuk mendapatkan formula pembinaan yang sesuai di setiap negara.

Advertisement

Di negara top ranking olimpiade, perubahan-perubahan program pemerintah juga menjadi catatan sejarah yang terus disempurnakan. Sebut saja Tiongkok dan Jepang. Dua negara ini masih satu kultur Asia dengan Indonesia. Negara-negara di Eropa, negara-negara di Amerika, dan Rusia memiliki kultur yang jauh berbeda dengan Indonesia sehingga meniru atau membandingkan dengan mereka menurut saya kurang tepat.

Perubahan kebijakan pemerintah ini selayaknya menjadi momentum bagi organisasi keolahragaan di Indonesia untuk menyusun kembali konsep pembinaan olahraga prestasi yang sesuai dengan kondisi bangsa Indonesia yang memiliki wilayah luas, kepulauan, berpenduduk banyak, dan budaya yang bineka.

Selanjutnya adalah: Kondisi keragaman di Indonesia menjadi kekuatan tersendiri

Advertisement

Kekuatan

Kondisi teritorial, penduduk, ekonomi, dan budaya Indonesia bisa digali menjadi kekuatan tersendiri dalam pembinaan olahraga prestasi. Tentu saja ini juga perlu kegigihan semua pihak dan campur tangan seluruh elemen masyarakat.

Menjadi tuan rumah Asian Games 2018 juga menjadi momentum untuk seluruh masyarakat Indonesia bergerak dan berpartisipasi aktif dan mendukung Indonesia menjadi negara yang disegani melalui prestasi olahraga.

Gerakan ini perlu juga dipelopori oleh pemerintah sebagaimana pemerintah Tiongkok menyatukan segala kekuatan masyarakat untuk mendukung olahraga Tiongkok menjadi jawara pada Olimpiade 2008 di Beijing. Momentum yang diambil Tiongkok menjadi negara adikuasa baru di dunia olahraga sekaligus meningkatkan citra di kancah internasional.

Advertisement

Keberhasilan Tiongkok pada tahun 2008 tak didapat secara instan, tetapi merupakan hasil usaha dan kerja nyata pemerintah selama bertahun-tahun. Pemerintah Tiongkok mengawalinya pada 1985 dengan menyusun ”strategi olimpiade” di kementerian olahraga negeri itu.

Strategi merencanakan Tiongkok menjadi juara olimpiade itu terus dilakukan walaupun terjadi pergantian menteri olahraga selama kurun waktu 1985-2008. Beberapa contoh keseriusan pemerintah Tiongkok membangun olahraga adalah dengan membuka sekolah olahraga hingga berjumlah 3.500 unit pada 2004.

Wilayah Tiongkok yang luas disiasati dengan membentuk sentra-sentra pelatihan nasional di berbagai provinsi dengan masing-masing sentra dikhususkan untuk cabang olahraga tertentu. Untuk mendukung sentra tersebut berjalan optimal juga dibentuk 36 pusat penelitian dan pelayanan ilmu keolahragaan berperforma tinggi di beberapa provinsi, di bawah koordinasi China Institute of Sport Science di Beijing yang langsung di bawah kendali kementerian keolahragaan.

Pusat-pusat penelitian tersebut mendukung secara langsung dan tak langsung seluruh atlet dalam upaya mendapatkan medali emas di olimpiade. Komitmen pemerintah yang didukung partai politik terlihat juga dari gerakan pembangunan olahraga yang masif.

Advertisement

Selanjutnya adalah: Dana besar digelontorkan selama persiapan 

Dana Besar

Dana besar digelontorkan selama persiapan Olimpiade 2008, sekitar US$4,88 miliar selama periode 2001-2008. Dana tersebut 90% digunakan untuk membayar gaji atlet dan pelatih serta memperbaiki sentra-sentra pelatihan, membangun sentra pelatihan yang lebih canggih, dan menyediakan peralatan yang mutakhir (Fan Hong, 2008).

Dana yang cukup besar ini didukung sinergi semua lembaga pemerintah dan masyarakat Tiongkok yang bersatu padu mendukung pencapaian prestasi olahraga di olimpiade. Itu berujung manis. Kontingen Tiongkok menjadi jawara Olimpade Beijing 2008 dengan meraih 51 medali emas, di atas Amerika Serikat yang berada di peringkat ke-2 dengan 36 medali emas.

Kira-kira 10 bulan lagi Asian Games  2018 akan digelar di negeri ini. Momentum langka ini bisa menjadi titik awal pemerintah menggelorakan prestasi olahraga Indonesia, menjadikan olahraga Indonesia berjaya. Target mearih peringkat 10 besar yang harus terelasisasi dalam masa 10 bulan lagibukanlah hal yang mustahil tercapai dengan minimal meraih 10 medali emas.

Advertisement

Slogan ”Kerja Bersama” menjadi kekuatan, apalagi Presiden Joko Widodo saat ini, mendapatkan dukungan mayoritas partai politik di parlemen. Kebijakan pemerintah untuk menggerakkan semua elemen masyarakat agarbekerja bersama sama mengambil langkah strategis mencapai prestasi tertinggi di Asian games 2018 sangat mungkin dilakukan.

Jangka panjangnya adalah Presiden Joko Widodo bisa mengembalikan fungsi Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) dan Komite Olimpiade Indonesia (KOI). Pemerintah bisa membuat sentra-sentra pelatihan atlet elite seperti di Tiongkok.

Selanjutnya adalah: Di tingkat pusat bisa langsung ditangani induk organisasi

Tingkat Pusat

Di tingkat pusat bisa langsung ditangani induk organiasi olahraga dengan dikoordinasikan oleh KONI. Sentra pembinaan atlet elite nasional di daerah saat ini baru mungkin di Jawa Barat, Jawa Timur, DKI Jakarta, dan Sumatra Selatan. Selain penyumbang terbesar atlet nasional saat ini, daerah-daerah tersebut juga memiliki fasilitas yang cukup memadai untuk pembinaan tingkat elite.

Empat daerah tersebut juga sangat memungkinkan dengan adanya fakultas ilmu olahraga yang siap mendukung dengan tenaga peneliti dan laboratorium ilmu keolaharagaan. Koordinasi KONI pusat dan provinsi juga menjadi kelebihan yang memungkinkan hal ini terjadi.

Dengan demikian tugas KONI membantu pemerintah dalam pembinaan olahraga prestasi akan bisa terwujud sesuai amanah UU No. 3/2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional.  Demikian juga dengan KOI. KOI selayaknya tidak hanya mengikutsertakan kontingen Indonesia di arena multievent olahraga internasional.

KOI seharusnya ikut menyusun strategi pemenangan yang kemudian diterjemahkan dalam program pembinaan olahraga elite yang dilaksanakan KONI. Dengan tersusunnya rencana strategi tersebut, pemerintah, parlemen, dan segala elemen masyarakat harus mendukung kebijakan anggaran demi tercapainya tujuan emas di olimpiade.

Sinergi pembinaan olahraga prestasi ini akan sangat mungkin dijalankan oleh presiden dan segenap masyakarat Indonesia. Dengan semangat Bhinneka Tunggal Ika serta slogan ”Kerja Bersama” akan menjadi salah satu sejarah kebangkitan peradaban olahraga modern  Indonesia.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif