Jogja
Rabu, 24 Januari 2018 - 08:40 WIB

Mengeringnya Luweng Belimbing Terkait Sungai Bawah Tanah

Redaksi Solopos.com  /  Bhekti Suryani  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Salah seorang warga melihat Luweng Blimbing yang airnya menyusut secara tiba-tiba, Senin (22/1/2018). (David Kurniawan/JIBI/Harian Jogja)

Sungai bawah tanah pengaruhi kondisi Gunungkidul.

Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL–Kejadian menyusutnya air di Luweng Blimbing dalam waktu singkat di Dusun Serpeng Wetan, Pacarejo, Semanu dinilai fenomena alam biasa dan wajar terjadi di wilayah Gunungkidul.

Kepala seksi logistik dan kedaruratan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), Gunungkidul, Sutaryono mengatakan hal tersebut fenomena alam yang wajar terjadi. “Biasa terjadi karena di Gunungkidul banyak sungai bawah tanah. Pengaruh sungai bawah tanah itu. Terpenting masyarakat waspada terutama yang dekat dengan lokasi, kalau jauh ya tidak masalah,” ujarnya, Selasa (23/1/2018).

Advertisement

Kepala Balai Pengawasan dan Perijinan ESDM wilayah, Gunungkidul, Pramuji Reswandono, mengatakan Gunungkidul memiliki ekosistem kawasan karst. “Ekosistem kawasan karst kan pola sistemnya didapati aliran bawah tanah. Banyak sistem, akuifer, gua, celah-celahnya banyak berhubungan,” ujarnya.

Dia mengatakan karena banyak wilayah karst di Gunungkidul terutama di selatan menyebabkan tidak ada sungai permukaan. Seperti, Semanu, Tepus, Rongkop, Girisubo, Purwosari, Panggang, Tanjungsari, Paliyan dan sebagian Playen.

Kawasan karst di wilayah Gunungkidul sifat nya memiliki rongga yang menuju aliran sungai bawah tanah. “Batu gamping atau kawasan karst ketika kena air hujan akan ada pelarutan, lalu ketemu sungai bawah tanah,” katanya. Dia mengatakan jika rongga tersebut tidak berada di permukiman tidak akan begitu membahayakan. Namun jika ada di sekitar permukiman atau tempat aktivitas warga perlu ada tindakan.

Advertisement
Baca juga : FENOMENA ANEH : Muncul Suara Bergemuruh, Air Luweng Mengering Hanya Dua Jam

Terkait suara gemuruh yang didengar warga kemungkinan akibat runtuhan rongga gua dari hujan lebat dan di bawah akibat aliran yang menggerus sehingga menyebabkan runtuhan dan menimbulkan suara gemuruh. Dia mengimbau kepada warga untuk selalu waspada. Menyikapi fenomena daerah karst batu gamping tersebut adalah hal ilmiah dan wajar. Jika ada retakan Pramuji mengharap masyarakat melaporkan atau berkordinasi dengan pihak terkait.

Sebelumnya masyarakat di Pacarejo, Semanu, heran dengan kondisi Luweng Blimbing yang tiba-tiba sudah mengering. Salah satu warga, Suharto mengatakan kondisi Luweng yang sebelumnya terisi air tiba-tiba mengering dengan cepat. “Air di Luweng penuh sejak akhir November 2017 itu. Namun tiba-tiba dalam dua jam air di Luweng habis tersedot ke bawah. Banyak warga yang heran juga,” ujarnya.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif