Jogja
Selasa, 23 Januari 2018 - 13:55 WIB

Warga Gunungkidul Diminta Kenali Gejala Alam

Redaksi Solopos.com  /  Kusnul Istiqomah  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Salah seorang warga melihat Luweng Blimbing yang airnya menyusut secara tiba-tiba, Senin (22/1/2018). (David Kurniawan/JIBI/Harian Jogja)

Tanah di Gunungkidul rawan ambles

Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL–Meski tanah di Gunungkidul rawan ambles, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Gunungkidul belum melakukan kajian ilmiah terkait dengan persoalan tersebut. Secara geografis potensi itu merata di seluruh wilayah.

Advertisement

Kepala Seksi Kedaruratan dan logistik BPBD Gunungkidul Sutaryono mengatakan untuk pendataan terkait dengan potensi rawan ambles hingga sekarang didata. Oleh karenanya, BPBD belum bisa memetakan potensi rawan ambles di Gunungkidul.

Meski demikian, lanjut Sutaryono, ketiadaan data potensi rawan ini tidak menjadi persoalan, Sebab BPBD sejak lama telah mengimbau kepada masyarakat untuk terus berwaspada. Untuk kerawanan, lanjut dia, lebih mengacu pada kondisi geografis kewilayahan yang didominasi oleh batuan kapur atau kawasan karts sehingga potensi tanah ambles hampir merata di seluruh wilayah.

“Kejadian tanah ambles bukan barang baru. Sebab peristiwa itu sudah terjadi sejak lama. Apalagi hampir setiap musim hujan ada laporan terkait dengan peristiwa tanah ambles,” kata Sutaryono kepada Harianjogja.com, Senin (22/1/2018).

Advertisement

Menurut dia, untuk mengantisipasi kerugian saat terjadi tanah ambles warga diminta untuk terus waspada. Salah satunya dengan mengamati lingkungan sekitar. Sutaryono mengatakan proses amblesnya tanah tidak terjadi dalam waktu singkat karena akan diawali dengan longsoran atau pembentukan lubang-lubang kecil.

“Inilah kenapa saya meminta agar memantau di lingkungan sekitar secara rutin, karena saat ada yang aneh [potensi tanah ambles] bisa diketahui sejak awal sehingga potensi kerugian bisa ditekan seminimal mungkin,” kata Sutaryono lagi.

Selain potensi tanah ambles, di Gunungkidul juga ada potensi bencana lainnya seperti banjir, angin kencang hingga longsor. Untuk angin kencang kerawanan merata di seluruh wilayah, sedangkan untuk banjir potensinya ada di sepanjang aliran Sungai Besole, Kota Wonosari, sepanjang aliran Sungai Oya, hingga kawasan di Kecamatan Semanu dan Tanjungsari.

Advertisement

“Untuk longsor, potensinya terjadi di tujuh kecamatan meliputi Purwosari, Patuk, Gedangsari, Nglipar, Ngawen, Semin dan Ponjong,” ungkapnya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif