Soloraya
Selasa, 23 Januari 2018 - 08:15 WIB

PILKADA KARANGANYAR 2018: Inilah Sosok Rober Christanto, Cawabup Karanganyar Pasangan Cabup Juliyatmono

Redaksi Solopos.com  /  Farida Trisnaningtyas  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Juliyatmono dan Rober Christanto naik sepeda onthel saat akan mendaftarkan diri ke KPU Karanganyar, Rabu (10/1/2018). (Istimewa/Timses Juliyatmono-Rober Christanto)

Inilah sosok Rober Christanto yang mendampingi Juliyatmono dalam Pilkada Karanganyar 2018.

Solopos.com, KARANGANYAR—Calon Wakil Bupati (Cawabup) Karanganyar, Rober Christanto, belum pernah muncul di media massa sebelum Pilkada 2018. Oleh karena itu, untuk mengenal sosok Rober lebih dekat, wartawan Solopos.com, Sri Sumi Handayani, datang ke rumahnya di Gaum, Tasikmadu, Senin (23/1/2018). Berikut hasil wawancara yang disajikan dalam bentuk tanya jawab. (baca: PILKADA KARANGANYAR 2018: Waow, Punya Harta Rp21,11 M, Cawabup Pasangan Juliyatmono, Rober Paling Kaya)

Advertisement

Pak, saya ingin berkenal. Bapak ini siapa sih?

Saya Rober Christanto. Lahir 18 Oktober 1973. Rober itu singkatan Romadon Oktober. Saya anak ketiga dari empat bersaudara. Ibu saya, Wahyu Basuki, dan bapak mantan Lurah Bejen tahun 1982-1996, Haji Soemarno. Bapak meninggal tahun 2012 atau 2013. Istri, Nurita Kusuma Wardani. Anak saya empat. Tiga perempuan dan satu lelaki. Apalagi ya? Sudah itu.

Bisa ceritakan karier politik sebelum mencalonkan diri sebagai Cawabup?

Advertisement

Saya berangkat dari sayap partai Taruna Merah Putih. Saya bergabung tahun 2010. Jabatan saya bendahara. Lalu nyaleg periode 2014-2019. Saya dapat 11.800-an suara. Dapil 1 wilayah Mojogedang, Karanganyar, Matesih. Saya Anggota Komisi B DPRD Karanganyar. Saya juga menjabat Sekretaris Fraksi PDIP. Kalau di DPC PDIP sebagai Wakil Ketua Bidang Perekonomian.

Kali pertama mencalonkan diri sebagai legislatif dapat suara tertinggi. Apa strateginya?

Iya, kali pertama nyaleg [dapat suara] segitu. Kebetulan saja. Ya saya memberikan wawasan terhadap masyarakat memilih wakil yang bisa mewakili suara di DPRD. Saya juga mengandalkan teman di daerah. Oh, ini. Saya pakai strategi 4=10 (sembari menunjuk stiker di jendela di belakang tempatnya duduk). Empat itu PDIP dan sepuluh itu nomor urut saya. Lalu satu Caleg enggak lolos verifikasi maka saya naik jadi nomor urut sembilan. Sosialisasi lagi, 4=9.

Nomor urut buncit tapi bisa mendulang suara tertinggi. Yakin enggak ada strategi khusus?

Advertisement

Ha ha ha. Keri dewe gur pelengkap. Saya nomor buncit. Ya cuma sosialisasi bahwa ini momen pileg, masyarakat silakan memilih wakil rakyat yang sesuai. Harus suara mayoritas supaya bisa mewakili suara masyarakat kan.

Pak, cerita dong soal proses mendapatkan rekomendasi dari DPP PDIP untuk mendampingi Juliyatmono?

Oh itu. Wong itu saya kira hoax. Ha ha ha. Kamis (4/1) sore ada pesan WhatsApp. Istri yang baca. Saya sanksi. Apalagi musim Pilkada gini banyak yang memanfaatkan momen. Saya bilang ke istri, ini hoax. Isi pesannya supaya datang ke kantor DPP PDIP di Jakarta Jumat (5/1/2018) jam 16.00 WIB. Ada tulisan saya ditugaskan jadi Cawabup. Saya bilang hoax karena belum pernah kontak dengan nomor itu.

Lalu, Pak?

Advertisement

DPD PDIP Jateng telepon. Dia tanya apakah sudah dapat undangan dari DPP. Saya jawab tidak. Menurut saya, undangan itu bentuknya surat resmi. Lalu dia bilang “dapat wa?” Saya jawab “iya barusan dapat.”. Dia bilang mau kawal di DPP. Saya kebingungan.

Apa yang membuat Bapak bingung?

Saya bingung mau melangkah apa. Saya diskusi dengan Sri Hardjono sampai Jumat (5/1/2018) jam 01.00 WIB. Tetapi, enggak ketemu jawaban mau melangkah apa. Gur piya-piye. Lalu diskusi dengan istri dan bicara dengan ibu. Ibu jawab “kamu dapat tugas, kamu harus selesaikan.” Jawaban bijak dari ibu. Tugas yang dibebankan kepada saya harus dijalankan. Oh iya, waktu dapat WA itu, saya habis nyekar bapak.

Bapak seperti tidak menduga kalau akan diusulkan sebagai Cawabup. Prediksi Bapak siapa?

Advertisement

Berangkat ke Jakarta. Sampai sana dilihatkan surat rekomendasi dapat tugas mendampingi Juliyatmono. Hla berita di online sudah keluar. Beban yang dipikul luar biasa. Saya pertimbangan kemampuan, masih tahap belajar. Wong hawa-hawanya itu bukan saya. Tapi Pak Manto (Sumanto), Paryono yang dicalonkan. Dia (Sumanto) kan sudah nyekar ke Blitar segala. Fit and proper test di DPD PDIP itu yang siap tarung Paryono dan Sumanto.

Kapan kali pertama bertemu Juliyatmono? Hari itu Juliyatmono kan juga ke Jakarta.

Nah, itu ketemu Pak Yuli (sapaan akrab Juliyatmono) karena kebetulan. Saya harusnya naik pesawat dari Halim Perdana Kusuma Sabtu (6/1/2018) pukul 06.20 WIB. Saya kesiangan. Ikut penerbangan berikutnya. Saya duduk di ruang tunggu merokok sambil membalas WA ucapan selamat. Dari belakang ada suara. “Kekancan kaya ngene gara-gara hp iso ndadekke renggang.”. Saya tengok ternyata Pak Yuli. Itu kali pertama ketemu. Saya juga belum punya nomornya Pak Yuli. Kalau sekarang sih sudah punya. Ha ha ha.

Apa yang disampaikan Pak Yuli saat itu?

Dia kasih lihat rekomendasi dari Partai Golkar. Lalu dia bilang “yowes iki rembukan tua.”. Dia bilang begitu sampai diulang tiga kali. Lalu bilang lagi “ayo bareng-bareng bangun Karanganyar, gawe sejarah hidup yang baik”. Saya jawab “ya siap”. Hla sudah dapat rekomendasi. Tidak ngerasa dipaksa karena kami kader partai. Wis entuk mandat dan tugas.

Sudah tahu tentang LHKPN Bapak tahun 2018 Rp21 miliar? Calon kepala daerah terkaya nomor dua se-Jateng.

Advertisement

Wah apa iya? Itu dapat info darimana? Apa iya? Manajemen saya bilang semua sudah dicatat dan dilaporkan ke KPK. Kalau dulu 2016 itu masih penataan manajemen perusahaan jadi ruwet. Kalau sekarang sudah ditata. Nomor satu berapa? Terpaut sedikit? Gampang, nanti dikejar. Ha ha ha. Saya punya Toserba Putra Rahayu (di Tasikmadu, Karanganyar, dan Matesih), jual beli mobil.

Apa strategi Bapak merebut hati warga Karanganyar, terutama yang masih gela karena Yuro (Juliyatmono-Rohadi Widodo) pecah kongsi?

Segera bersosialisasi kepada masyarakat. Insya Allah masih lah bisa dipakai modal suara itu. Kanca koalisi dan fraksi makin banyak. Sudah ada obrolan soal visi dan misi dengan Pak Yuli. Visi dan misi sekarang itu sudah sesuai pikiran Bung Karno. Kalau soal Pak Yuli dan Pak Rohadi pecah kongsi, Pak Yuli sudah jelaskan kalau dia tidak bisa memilih. Saya hanya menjaga marwah partai, berusaha mendekati masyarakat. Masyarakat yang bisa menilai nanti.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif