News
Selasa, 23 Januari 2018 - 21:00 WIB

Peringkat Ke-77, Daya Saing SDM Indonesia Kalah dari Negara Tetangga

Redaksi Solopos.com  /  Adib Muttaqin Asfar  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Siluet aktivitas buruh bangunan. (Dwi Prasetya/JIBI/Bisnis)

Daya saing SDM Indonesia masih kalah dari negara-negara tetangga di ASEAN.

Solopos.com, JAKARTA — Indonesia berada di urutan ke -77 dari total 119 negara di dunia dalam peringkat Global Talent Competitiveness Index (GTCI) 2018 yang bertema keberagaman untuk meningkatkan daya saing.

Advertisement

Peringkat tersebut jauh lebih rendah dibandingkan negara tetangga seperti Malaysia di peringkat 27, Filipina di posisi 54, dan Thailand di peringkat 70. Indonesia berada setingkat di bawah Rwanda, dan sedikit lebih unggul dibandingkan India dan Srilanka yang masing-masing menempati peringkat 81 dan 82.

Sementara peringkat pertama diraih oleh Swiss, yang diikuti oleh negara maju lainnya seperti Singapura, Amerika Serikat, Norwegia, dan Swedia.

Hal tersebut terungkap berdasarkan laporan yang dipublikasikan oleh INSEAD yang bekerja sama dengan The Adecco Group dan Tata Communications. GTCI merupakan laporan komprehensif tahunan yang dapat dijadikan indikator untuk mengukur bagaimana suatu negara dan kota berkembang dan menyediakan sumber daya manusia untuk meningkatkan daya saing mereka.

Advertisement

“Indonesia masih memiliki banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan untuk menguasai lima pilar keberagaman. Para pengusahanya memang semakin tertarik dengan orang yang memiliki keterampilan tinggi. Meski demikian, jumlah pekerja internasional di negeri ini masih terbilang kecil,” ungkap laporan itu seperti dikutip Bisnis/JIBI, Selasa (23/1/2018).

Dalam mengukur indeks GTCI, lima pilar yang digunakan antara lain enable, atau keberagaman dalam pengetahuan, pengalaman, dan cara menyelesaikan masalah. Pilar kedua dan ketiga adalah attract atau kemampuan menarik sumber daya asing, dan grow atau kemampuan untuk meningkatkan kompetensi diri melalui pendidikan dan pelatihan. Sementara dua pilar lainnya yang digunakan sebagai penilaian adalah pendidikan vokasional dan teknikal serta pengetahuan global.

Jepang dan Korea Selatan menunjukkan komitmen yang tinggi untuk berkolaborasi, tetapi kedua negara tersebut menjadi salah satu negara terlemah dari total 119 negara dalam hal keberagaman gender. Hal ini sangat kontras dengan tiga negara berkembang lainnya seperti Rwanda, Albania dan Filipina yang menunjukkan komitmen yang luar biasa dalam keberagaman gender, namun tidak cukup baik untuk berkolaborasi.

Advertisement

“Dalam konteks GTCI, daya saing bakat merujuk pada sejumlah kebijakan dan praktik yang dapat membuat suatu negara berkembang, dan memberdayakan sumber daya manusianya yang akan berkontribusi pada produktivitas dan kesejahteraan negara tersebut,” ujar Bruno Lanvin, Executive Director for Global Indices INSEAD.

Penerbitan laporan ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi para perusahaan untuk mengutamakan keberagaman sebagai prioritas kebijakan ketenagakerjaannya. Hal itu dapat dimulai dari sistem pengawasan anti diskriminasi di seluruh level manajemen perusahaan, dan menciptakan suasana kerja yang membuat semua orang merasa nyaman dan dihargai, terlepas dari apapun identitasnya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif